TEMPO.CO, New York - Bursa saham Amerika Serikat ditutup mendekati posisi terendahnya pada perdagangan Senin waktu setempat karena aksi jual saham pada sektor teknologi karena investor gamang menunggu keputusan kebijakan dari The Fed akhir pekan ini.
Indeks saham utama Dow Jones industri turun 52 poin (0,4 persen) ke posisi 13.254,29. Indeks kehilangan 35 poin pada setengah jam menjelang pasar tutup. Intel Cor (INT) membebani indeks Dow Jones dan sektor teknologi setelah Morgan Stanley memangkas pendapatan kwartal ketiga pembuat chip komputer serta prospek pendapatannya.
Indeks S&P 500 turun 8,84 poin (0,06 persen)ke level 1.429.08 dimana saham indeks teknologi memimpin pelemahan dan saham teknologi menjadi sektor satu-satunya yangberhasil menguat.
Indeks saham teknologi Nasdaq juga turun 32,4 poin (1,03 persen) ke 3.104,02. Saham Apple Inc (APPL) yang merupakan komponen terbesar Nasdaq jatuh 2,6 persen menjaid US$ 662,74.
“Kami sedang menunggu banyak katalis yang akan terjadi minggu ini, tapi tidak kali ini,” kata Art Hogan, ahli strategi dari Lazard Capital Markets. “Saya melihat pasar agak gugup karena mengharapkan terlalu dari Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed). Bursa tampaknya masih berpikir bahwa itu merupakan kunci untuk melihat adanya stimulus lanjutan (QE3), dan pasar belum menyiapkan terlalu banyak dan kemudian akan kecewa,” paparnya.
Jatuhnya saham teknologi di penghujung penutupan pasar, menurut Hogan juga akibat adanya pernyataan dari Perdana Menteri Spanyol Mariano Rajoy yang mengatakan ia belum memutuskan apakan negara itu harus meminta bantuan dari Bank Sentral Eropa (ECB). Seperti diketahui bahwa beban utang menjadi salah satu kekwawatiran bagi investor AS tahun ini dan mencapai puncaknya hingga bulan Juli.
Sebagian analis mempertanyakan perlunya putaran pelonggaran lanjutan oleh The Fed, tetapi optimisme pasar telah mendorong kenaikan indeks ke level tertingginya dalam beberapa tahun terakhir setelah data tenaga kerja meningkat 96 ribu pada hari Jumat lalu.
Saya masih ragu apakan kita benar-benar perlu stimulus?, data ekonomi secara umum lebih baik dari yang diharapkan, jadi saya belum melihat kebutuhan yang mendesak untuk pelonggaran dalam waktu dekat,” ujar Paul Nolte, direktur pengelola dari Dearborn Partners.
Dia juga mengatakan bahwa ada peluang The Fed melakukan pelonggaran, karena fokus bank sentral adalah pasar tenaga kerja dan fakta bahwa inflasi saat ini cukup rendah.”sehingga membuka kesempatan untuk melanjutkan kebijakan moneter cukup mudah,” ucapnya.
Tetapi para analis percaya bahwa The Fed belum akan mengeluarkan kebijakan lanjutan hingga akhir tahun ini. “Kita perlu kebijakan fiskal dan kebijakan moneter tidak,” kata Nolte. Dia menyerukan agar Ketua The Fed Ben Bernanke akan mengulang pernyataannya kepada parlemen untuk segera bertindak.
MARKETWATCH / VIVA B. KUSNANDAR
Berita terkait
BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini
7 hari lalu
BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.
Baca SelengkapnyaHari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?
13 hari lalu
Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada memperkirakan IHSG pada awal pekan ini menguat bila dibandingkan pekan lalu. Apa syaratnya?
Baca SelengkapnyaSenin Depan, BEI Terapkan Full Call Auction di Papan Pemantauan Khusus
44 hari lalu
BEI akan menerapkan mekanisme perdagangan lelang berkala secara penuh atau full call auction di Papan Pemantauan Khusus pada Senin pekan depan.
Baca SelengkapnyaPekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
25 Februari 2024
Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.
Baca SelengkapnyaMicrosoft Salip Apple di Pasar Saham dengan Keunggulan AI
30 Januari 2024
Para investor sepakat bahwa Microsoft berkembang jauh lebih signifikan dibanding Apple, bahkan untuk lima tahun ke depan.
Baca SelengkapnyaIsrael Selidiki Investor Untung Jutaan Dollar karena Sudah Antisipasi Serangan Hamas 7 Oktober
5 Desember 2023
Israel sedang menyelidiki klaim peneliti AS bahwa beberapa investor mungkin telah mengetahui sebelumnya tentang rencana serangan Hamas
Baca SelengkapnyaPotensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
4 Desember 2023
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.
Baca SelengkapnyaBEI Ungkap Penyebab Sepinya Bursa Karbon Dibandingkan dengan Bursa Saham
30 November 2023
Dari sisi transaksi bursa karbon tercatat sudah ada lebih dari 490 ribu ton dengan nilai harga jual karbon terakhir senilai Rp 59.200.
Baca Selengkapnya2024, BEI Bidik Nilai Transaksi Harian Rp 12,25 Triliun
26 Oktober 2023
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membidik rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) pada tahun 2024 sebesar Rp 12,25 triliun pada tahun 2024.
Baca SelengkapnyaTransaksi Harian Jeblok 29 Persen, BEI: Ada Shifting Investasi dengan New Normal
7 Oktober 2023
Bursa Efek Indonesia (BEI) membeberkan alasan nilai transaksi harian di pasar modal Indonesia yang jeblok dibandingkan tahun lalu.
Baca Selengkapnya