Melonjak 217 Poin, Dow Jones Tembus Level 13.000  

Reporter

Editor

Sabtu, 4 Agustus 2012 09:25 WIB

Suasana Bursa Saham Wall Street, New York, Selasa (05/01) WIB. Pada perdagangan Senin (4/01) waktu setempat atau Selasa WIB, hampir seluruh saham bergerak menguat. AP Photo/Mark Lennihan

TEMPO.CO, New York - Saham-saham di bursa pada perdagangan akhir pekan ini berhasil melonjak lebih dari 200 poin, dipicu oleh meningkatnya data tenaga kerja. Meskipun laba emiten sebagian besar melambat dan harapan yang mengecewakan dari The Fed untuk melakukan stimulus lebih agresif, indeks patokan S&P 500 berhasil menguat dan ditutup pada level tertinggi dalam tiga bulan terakhir.

Beberapa pendapatan perusahaan telah mengesankan dari saham yang cukup bertahan, seperti sekor utilitas mampu mempertahankan momentum penilaian para pemodal. Pemicu utama lonjakan harga saham kali ini adalah rilis dari Departemen Tenaga Kerja Amerika bahwa daftar gaji baru di bulan Juli kemarin bertambah 163 ribu, tertinggi dalam lima bulan terakhir. Namun, tingkat pengangguran meningkat tipis menjadi 8,3 persen.

Dalam perdagangan semalam, indeks Dow Jones industri berhasil melonjak 217,29 poin (1,69 persen) menjadi 13.096,17. Indeks S&P 500 menguat 25,99 poin (1,9 persen) menjadi 1.390,99, serta indeks saham teknologi Nasdaq juga melesat 58,13 poin (2 persen) menjadi 2.967,9.

“Meskipun cukup banyak pesimisme di pasar, namum saham sangat jauh lebih menarik daripada obligasi, seperti Johnson & Johnson (JNJ) yang membayar dividen lebih tinggi dari obligasi korporat,” kata Bruce Zessar, direktur manajer Advisor Research di Chicago. “Seorang investor akan lebih untung memegang saham daripada berinvestasi di obligasi selama sepuluh tahun ke depan, kendati harga saham bergerak naik turun karena adanya harapan dividen,” ucapnya.

Berdasarkan pengalaman, pendapatan dari dividen dan harga saham yang murah lebih menguntungkan dibanding imbal hasil obligasi, di mana untuk tenor sepuluh tahun jatuh ke level terendahnya dalam sebulan terakhir. Jadi saham masih menjanjikan di saat kondisi buruk.

Setelah The Fed (Bank Sentral AS) dan Bank Sentral Eropa (ECB) tidak mengambil langkah agresif untuk memacu pertumbuhan, pasar dilanda kekecewaan karena sudah lama dinantikan sebelumnya dan indeks S&P 500 sempat turun 0,7 persen, menyusul komentar dari ECB.

Saham-saham yang mendukung kenaikan tentunya sektor yang cukup defensif, seperti telekomunikasi. Sepertinya investor tidak mau melepas saham di sektor ini sehingga indeks telekomunikasi berhasil melonjak 18,6 persen, lebih dari dua kali lipat indeks S&P sepanjang tahun ini.

REUTERS | VIVA B.K.

Berita terkait

IHSG Diperkirakan Menguat, Terpengaruh Sentimen Domestik dan Global

3 hari lalu

IHSG Diperkirakan Menguat, Terpengaruh Sentimen Domestik dan Global

IHSG hari ini, Senin, 6 Mei 2024 dibuka menguat 36,86 poin atau 0,52 persen ke posisi 7.171,58

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

12 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

17 hari lalu

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada memperkirakan IHSG pada awal pekan ini menguat bila dibandingkan pekan lalu. Apa syaratnya?

Baca Selengkapnya

Senin Depan, BEI Terapkan Full Call Auction di Papan Pemantauan Khusus

49 hari lalu

Senin Depan, BEI Terapkan Full Call Auction di Papan Pemantauan Khusus

BEI akan menerapkan mekanisme perdagangan lelang berkala secara penuh atau full call auction di Papan Pemantauan Khusus pada Senin pekan depan.

Baca Selengkapnya

Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun

25 Februari 2024

Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun

Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.

Baca Selengkapnya

Microsoft Salip Apple di Pasar Saham dengan Keunggulan AI

30 Januari 2024

Microsoft Salip Apple di Pasar Saham dengan Keunggulan AI

Para investor sepakat bahwa Microsoft berkembang jauh lebih signifikan dibanding Apple, bahkan untuk lima tahun ke depan.

Baca Selengkapnya

Israel Selidiki Investor Untung Jutaan Dollar karena Sudah Antisipasi Serangan Hamas 7 Oktober

5 Desember 2023

Israel Selidiki Investor Untung Jutaan Dollar karena Sudah Antisipasi Serangan Hamas 7 Oktober

Israel sedang menyelidiki klaim peneliti AS bahwa beberapa investor mungkin telah mengetahui sebelumnya tentang rencana serangan Hamas

Baca Selengkapnya

Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual

4 Desember 2023

Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.

Baca Selengkapnya

BEI Ungkap Penyebab Sepinya Bursa Karbon Dibandingkan dengan Bursa Saham

30 November 2023

BEI Ungkap Penyebab Sepinya Bursa Karbon Dibandingkan dengan Bursa Saham

Dari sisi transaksi bursa karbon tercatat sudah ada lebih dari 490 ribu ton dengan nilai harga jual karbon terakhir senilai Rp 59.200.

Baca Selengkapnya

2024, BEI Bidik Nilai Transaksi Harian Rp 12,25 Triliun

26 Oktober 2023

2024, BEI Bidik Nilai Transaksi Harian Rp 12,25 Triliun

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membidik rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) pada tahun 2024 sebesar Rp 12,25 triliun pada tahun 2024.

Baca Selengkapnya