BI Soroti Tingginya Gaji Direksi Bank  

Reporter

Editor

Kamis, 19 Juli 2012 12:49 WIB

TEMPO/Dasril Roszandi

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Penelitian dan Pengaturan Perbankan Bank Indonesia, Mulya Effendi Siregar, menyoroti tingginya biaya tenaga kerja, terutama remunerasi direksi. "Biaya karyawan tidak terlalu besar, tetapi biaya direksi bank di Indonesia paling tinggi dibandingkan dengan negara Asean lainnya," kata Mulya dalam acara Penghargaan Perbankan, Rabu malam, 18 Juli 2012.

Mulya menjelaskan, data itu diperoleh dari penelitian BI terhadap komponen biaya overhead bank. Survei dilakukan terhadap empat bank besar di Indonesia, Filipina, Malaysia, dan Thailand. Biaya overhead, misalnya biaya tenaga kerja, promosi, barang dan jasa, dan lain-lain. Ternyata persentase tertinggi ada di biaya tenaga kerja. "Biaya karyawan, kalau tidak salah, Indonesia nomor 3. Giliran biaya direksi nomor 1," ujar Mulya.

Biaya remunerasi direksi bank di Filipina rata-rata Rp 1,1 miliar per tahun, Thailand Rp 2 miliar per tahun, Malaysia Rp 5,6 miliar per tahun, dan Indonesia Rp 12 miliar per tahun.

Adapun biaya tenaga kerja menyumbang 2,44 persen dari overhead rata-rata bank di Indonesia atau 1,81 persen di Filipina, 1,74 persen di Malaysia, dan 1,34 persen di Thailand.

"Efisiensi harus dilakukan. Dan kalau bisa pemangkasan biaya untuk menurunkan ongkos. Yang tidak bisa turun, jangan dipaksa. Termasuk soal remunerasi direksi. ASEAN bisa segitu, kenapa Indonesia tidak." Ia yakin ongkos operasional bank masih bisa ditekan.

Ketua Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional Sigit Pramono meragukan data tersebut. "Datanya harus dikaji lebih dalam," kata dia. Logikanya, menurut Sigit, kalau kondisi bank di Indonesia seperti itu, investor Malaysia dan Singapura tidak akan tertarik membeli bank nasional.

Sigit menilai, tak salah jika bank membayar mahal direksi dan tenaga kerja agar layanan bagus. Kecuali, bank di Indonesia dalam keadaan terpuruk seperti di Amerika Serikat, baru bisa mempersoalkan gaji. "Di sini bank bagus. Semua rasio perbankan bagus, NPL cuma sekitar 2,2 sekian, pertumbuhan kredit bagus, suku bunga kredit rendah dan bisa lebih rendah lagi," kata dia.

Soal tingginya biaya overhead di Indonesia, menurut Sigit, bukan hanya persoalan gaji, melainkan juga biaya ekspansi seperti pembukaan cabang, serta investasi teknologi. Perbankan Malaysia, kata dia, tidak bisa lagi membuka banyak cabang. Biaya perjalanan bisnis domestik juga tergolong mahal karena Indonesia negara kepulauan. "Internal auditor harus naik pesawat. Di Singapura pakai MRT, Malaysia juga, jalan darat."

Meskipun begitu, Sigit setuju terhadap rencana BI membuat standar biaya bisnis bank sebagai acuan untuk mendorong efisiensi. Diharapkan di masa depan perbankan bisa memberikan layanan yang lebih murah, termasuk dalam hal suku bunga kredit.

MARTHA THERTINA

Berita Terpopuler:
Demi Fans Muslim, Madrid dan Barca Revisi Logo

Yoris : Jika Kalla Dipecat, Golkar Hancur

Sejoli Pegawai Negeri Ketahuan Mesum di Toilet

Setelah 15 Tahun, PT Dirgantara Kini Buka Lowongan

Pelacur dan Mucikari Demo Kantor DPRD

Indonesia Akan Miliki 75 Pencakar Langit

Nissan Juke Indonesia Kena Recall

Pengurus Golkar Tak Kompak Soal Pemecatan Kalla

Steve Wozniak : Saya Lebih Hebat dari Steve Jobs

Akbar: Pemecatan Kalla Bisa Blunder

Berita terkait

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

17 jam lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

1 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

2 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

2 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

2 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

2 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

2 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

2 hari lalu

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

Para pemohon termasuk perwakilan Ant Group sebagai pemilik aplikasi pembayaran Alipay bisa datang ke kantor BI untuk meminta pre-consultative meeting.

Baca Selengkapnya

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

2 hari lalu

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

Rupiah bergerak stabil seiring pasar respons positif kenaikan BI Rate.

Baca Selengkapnya

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

3 hari lalu

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut pelemahan rupiah dipengaruhi oleh arah kebijakan moneter AS yang masih mempertahankan suku bunga tinggi.

Baca Selengkapnya