TEMPO.CO, Jakarta - PT Pelni (Persero) menderita kerugian Rp 2 miliar sampai Mei 2012. "Kami rugi Rp 2 miliar karena low season," ujar Direktur Keuangan Pelni, Wibisono, di Kapal Motor Dobonsolo yang bersandar di Terminal Dua Pelabuhan Tanjung Priok, Senin, 16 Juli 2012.
Wibisono juga mengeluhkan soal tarif ekonomi dari pemerintah yang berlaku hanya 50 persen dari biaya pokok. Wibisono mengungkapkan, biaya pokok operasional KM Dobonsolo masih di atas tarif pemerintah.
Selisih tarif dan biaya pokok, kata dia, seharusnya ditutupi oleh public service obligation (PSO). PSO yang dianggarkan tahun ini mencapai Rp 890 miliar. Namun, sampai sekarang PSO tersebut belum cair. Karena itu, Pelni masih melakukan bridging untuk menutup selisih tersebut. Dia berharap dengan lonjakan penumpang pada peak season menjelang Lebaran, kerugian dapat ditutup.
Direktur Operasional PT Pelni, Daniel E. Bangonan, menambahkan KM Dobonsolo sendiri mampu mengangkut tak hanya penumpang, tetapi juga kendaraan bermotor dan kontainer. Kapal tersebut mampu mengangkut 43 unit kontainer berukuran 20 kaki, 75 mobil, serta 1.000 penumpang.
Saat ini kapal-kapal yang dimiliki Pelni rata-rata berusia 10 tahun. Kapal yang tertua berusia 27 tahun, sedangkan yang terbaru berusia tiga tahun. Ia mengatakan, pembelian kapal untuk Pelni tidak rutin dilaksanakan tiap tahun. Pembelian tersebut, menurut Wibisono, disesuaikan dengan kemampuan negara karena pembelian tersebut dibiayai anggaran negara.