BP Migas : PGN Naikkan Harga Gas Terlalu Tinggi

Reporter

Editor

Minggu, 24 Juni 2012 19:07 WIB

TEMPO/Seto Wardhana

TEMPO.CO, Jakarta -Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) menolak dikaitkan dengan kenaikan harga gas oleh Perusahaan Gas Negara (PGN) yang mencapai 55 persen. Juru Bicara BP Migas Gde Pradnyana mengatakan, soal harga gas ke hilir ditentukan sendiri oleh PGN tanpa keterlibatan BPMigas.

"Harga gas ke hilir bukan diatur oleh BPMigas, PGN yang menetapkan,” kata Gde ketika dihubungi Tempo, Ahad, 24 Juni 2012. baca : Tanpa Kenaikan Harga Gas, PGN Klaim Merugi

BP Migas, kata dia, justru tidak menyangka PGN menetapkan kenaikan harga hingga 55 persen untuk wilayah Sumatera Selatan dan Jawa Barat. Padahal, BP Migas hanya memberikan review dan rekomendasi kenaikan harga gas di hulu menjadi sekitar US$ 5-6 dolar per juta British Thermal Unit (MMBTU).

Seperti diketahui, pada awal Mei lalu terjadi renegosiasi harga gas di sektor hulu. BPMigas menaikkan harga dua kontrak perjanjian jual beli gas bumi ke PGN. Perjanjian yang direnegosiasi adalah dari blok koridor milik Conoco Philips sebesar US$ 1,85 per juta british thermal unit (MMBTU) naik menjadi US$ 5,6 per MMBTU. Harga gas tersebut naik secara bertahap hingga menyentuh US$ 6,5 per MMBTU pada 2014.

Selain dari Conoco, harga gas dari Pertamina EP Region Sumatera Selatan ke PGN juga naik dari US$ 2,2 per MMBTU menjadi US$ 5,5 per MMBTU. Harga gas ini naik perlahan menjadi US$ 6 per MMBTU di 2013.

Saat ini diketahui Conoco memasok 412 miliar British thermal unit per hari (BBTUD), sedangkan Pertamina EP sekitar 250 BBTUD. Gas itu kemudian dikirim ke konsumen PGN di Jawa Barat melalui pipa South Sumatera West Java. Harga gas dari Conoco sebelumnya hanya 1,85 dollar AS MMBTU, sementara harga gas Pertamina sekitar 2,23 dollar AS per MMBTU.

Gde melanjutkan, kenaikan harga terlalu tinggi bagi hilir ini akibat peran ganda yang dianut PGN, sebagai transporter dan trader. Sebagai transporter, seharusnya harga yang dibebankan kepada industri hilir hanya terdiri dari biaya angkut dan toll fee. “Soal harga ini PGN berfungsi sebagai trader," ujarnya.

Tapi ketika terjadi masalah kekurangan volume, PGN berubah menjadi transporter. Seharusnya, Gde menambahkan, kalau mau trader juga, kekurangan volume menjadi tanggung jawab PGN dengan mencari sumber lain. Bukan memilih menaikkan harga di hilir. Kenaikan harga gas hingga 55 persen ini, diperkirakan karena PGN juga mengenakan biaya keuntungan atau service cost kepada pembeli hilir.

ROSALINA


Berita terkait

PGN Optimalkan Produk Gas Alam Cair

15 hari lalu

PGN Optimalkan Produk Gas Alam Cair

PGN mulai optimalkan produk gas alam cair di tengah menurunnya produksi gas bumi.

Baca Selengkapnya

Pengeboran 849 Sumur hingga Akhir 2023, SKK Migas: Produksi Gas Meningkat 1,3 Persen

12 Desember 2023

Pengeboran 849 Sumur hingga Akhir 2023, SKK Migas: Produksi Gas Meningkat 1,3 Persen

SKK Migas mencatat peningkatan angka produksi minyak di tahun ini.

Baca Selengkapnya

Kelompok Lingkungan di Arena COP28 Desak Stop Perdagangan Gas Alam Cair

9 Desember 2023

Kelompok Lingkungan di Arena COP28 Desak Stop Perdagangan Gas Alam Cair

Kelompok lingkungan hidup di arena COP28 mendesak diakhirinya ekspansi LNG untuk menghentikan 'kekacauan iklim'.

Baca Selengkapnya

Kontrak yang Diteken di Forum Kapasitas Nasional III 2023 Jakarta Tembus Rp 20,2 T

26 November 2023

Kontrak yang Diteken di Forum Kapasitas Nasional III 2023 Jakarta Tembus Rp 20,2 T

SKK Migas mengungkapkan total nilai kontrak antarperusahaan dalam negeri yang ditandatangani di Forum Kapasitas Nasional (Kapnas) III 2023 Jakarta

Baca Selengkapnya

Pertamina Kembangkan Bisnis Carbon Capture dan Gas Alam Cair

7 September 2023

Pertamina Kembangkan Bisnis Carbon Capture dan Gas Alam Cair

PT Pertamina (Persero) mengembangkan bisnis carbon capture storage (CCS) dan gas alam cair (LNG) secara terintegrasi untuk mengurangi emisi karbon.

Baca Selengkapnya

Dukung Terminal LNG di Bali, Luhut Yakin RI Akan Kelebihan Produksi Gas Alam Cair pada 2032

26 Juli 2023

Dukung Terminal LNG di Bali, Luhut Yakin RI Akan Kelebihan Produksi Gas Alam Cair pada 2032

Menteri Luhut meminta pembangunan Terminal Liquified Natural Gas (LNG) di Bali terus digenjot. Apa sebabnya?

Baca Selengkapnya

Jokowi Buka Keran Ekspor Pasir Laut, Luhut Larang Ekspor LNG, Apa Alasannya?

1 Juni 2023

Jokowi Buka Keran Ekspor Pasir Laut, Luhut Larang Ekspor LNG, Apa Alasannya?

Setelah 20 tahun dilarang, Jokowi membuka keran ekspor pasir laut yang disusul dengan perintah Menko Marves, Luhut melarang ekspor LNG. Ada apa?

Baca Selengkapnya

Truk Berbahan Bakar Gas Alam Cair Pertama di Indonesia Sedang Diuji Coba

25 Januari 2023

Truk Berbahan Bakar Gas Alam Cair Pertama di Indonesia Sedang Diuji Coba

Subholding Gas Pertamina, PT PGN bersama anak usaha PT Gagas Energi Indonesia sedang melakukan uji coba truk berbahan bakar gas alam cair (LNG).

Baca Selengkapnya

SKK Migas: Nilai Investasi Eksplorasi Minyak dan Gas Tahun Ini US$ 1,7 Miliar, Tertinggi sejak 2016

23 Januari 2023

SKK Migas: Nilai Investasi Eksplorasi Minyak dan Gas Tahun Ini US$ 1,7 Miliar, Tertinggi sejak 2016

SKK Migas akan melakukan eksplorasi minyak dan gas di 57 sumur dengan nilai investasi mencapai US$ 1,7 miliar. Tertinggi sejak 2016.

Baca Selengkapnya

SKK Migas Targetkan Pengeboran 57 Sumur Eksplorasi, Bertambah 90 Persen

19 Januari 2023

SKK Migas Targetkan Pengeboran 57 Sumur Eksplorasi, Bertambah 90 Persen

SKK Migas menargetkan pengeboran sebanyak 57 sumur eksplorasi tajak pada 2023, meningkat 90 persen dibanding capaian tahun 2022.

Baca Selengkapnya