TEMPO Interaktif, Jakarta: Sebagian besar pembeli gas dari Jepang bersedia melakukan penjadwalan ulang (rescheduling) suplai gas untuk triwulan pertama 2004 menjadi ke triwulan kedua. Bahkan, sebagian pembeli bersedia mengurangi volume pasokan gas. Demikian dikatakan Direktur Utama PT. Pertamina (Persero), Ariffi Nawawi, di Jakarta, Jumat (5/3)."Penjadwalan ulang dilakukan lantaran Indonesia kekurangan gas," kata Ariffi. Produksi gas dari lapangan Arun di Aceh dan Bontang di Kalimantan Timur pun dirasa berkurang. Alasannya, volume produksi Arun turun karena lapangan gas itu sudah tua. Sementara, produksi dari Bontang terganggu karena kilang Ataka terbakar. Beberapa waktu lalu, pertemuan Menteri Energi Sumber Daya Mineral dengan Pertamina dan BP Migas memutuskan, pasokan gas dalam negeri akan aman hingga Juni 2004. Bahkan dikatakan, skenario pembelian ke luar negeri masih belum dibicarakan. Tapi, kali ini Ariffi justru berjanji akan terus mencari tambahan pasokan gas alam cair dari luar negeri untuk mengganti gas dari Arun dan Bontang. Beberapa negara produsen gas seperti Oman, Qatar dan Nigeria pun tidak luput dari pendekatan Pertamina. Bahkan, upaya pencairan itu juga akan dilakukan pada LNG-meeting di Qatar, 19 Maret 2004."Untuk ini, pemerintah harus memberikan Pertamina otorisasi yang jelas sebagai pemilik gas. Gas memang kepunyaan BP Migas dan kontraktor bagi hasil (KPS), tapi Pertamina harus punya wewenang jelas sebagaiwakil dari pemilik gas untuk melakukan pembicaraan," kata Ariffi. Untuk itu, upaya pencairan gas diharapkan lewat satu pintu, yaitu Pertamina, walau sumber gas berasal dari beberapa lapangan. "Ini supaya tidak terjadi simpang-siur informasi. Selama ini pernyataan Pertamina, BP Migas dan KPS simpang-siur, sehingga membingungkan pembeli," kata Ariffi. Retno Sulistyowati - Tempo News Room