BI: Sentimen Global Negatif, Rupiah Melemah

Reporter

Editor

Jumat, 4 Mei 2012 18:03 WIB

TEMPO/Nita Dian

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia menilai turunnya nilai tukar mata uang rupiah, yang ditransaksikan antarbank di Jakarta sebesar tujuh poin menjadi Rp 9.197 per dolar Amerika Serikat kemarin, disebabkan imbas sentimen global yang dirasakan negara berkembang. Sehari sebelumnya, rupiah berada di posisi Rp 9.190 per dolar AS.

Direktur Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan beberapa sentimen global itu disebabkan bank sentral Australia (RBA) memangkas suku bunga 50 basis poin dan adanya beberapa data dari Amerika serta Selandia Baru yang memaparkan angka yang lebih baik.

“Sehingga sentimen global ke arah emerging market, termasuk Indonesia, lebih negatif. Sementara, di dalam negeri, kebutuhan valas terus meningkat karena permintaan domestik kuat, impor yang sangat tinggi," ucapnya, Jumat, 4 Mei 2012.

Rupiah juga tercatat melemah sepanjang kuartal pertama tahun ini. Rupiah secara point to point melemah sebesar 0,83 persen (qtq) ke level Rp 9.144 per dolar AS atau secara rata-rata melemah sebesar 0,83 persen (qtq) menjadi Rp 9.066 per dolar AS.

Meski begitu, Perry yakin rupiah bakal menguat. "Tren ke depan, rupiah bakal menguat," ujarnya.

Dalam jangka panjang, rupiah diproyeksikan tetap positif seiring aliran investasi asing masuk (foreign direct investment) ke dalam negeri. "FDI masih strong. Kepercayaan investor asing terhadap ekonomi kita yang kuat,” tutur Perry.

Walaupun, menurut dia, untuk menutup seluruh kebutuhan valasnya tidak cukup sebab masih dibutuhkan aliran masuk portofolio. “Memang sudah masuk kembali, tapi tidak sebesar tahun lalu. Itu kenapa BI masih suplai kebutuhan valas. Meskipun intensitas dan frekuensinya sejak bulan lalu itu lebih rendah dibandingkan bulan-bulan sebelumnya," ucapnya.

Menurut data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi pada triwulan 1 tahun ini tercatat sebesar Rp 71,2 triliun. Ini terdiri dari realisasi investasi penanaman modal dalam negeri sebesar Rp 19,7 triliun dan realisasi investasi penanaman modal asing sebesar Rp 51,5 triliun.

Jumlah ini meningkat 32,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, menurut data BI, portofolio pada triwulan 1 2012 mencapai US$ 1,6 miliar.

"Keyakinan saya, portofolio akan tetap masuk, menambah suplai valas dan membuat apresiasi rupiah," ujarnya. Meski begitu, ia mengakui, kondisi eksternal yakni ekonomi global dan kondisi internal yakni ekspektasi inflasi akibat ketidakjelasan kebijakan penghematan subsidi BBM bakal mempengaruhi pasar.

Aliran masuk investasi asing tampak dari peningkatan cadangan devisa Indonesia. Jika pada Maret 2012 cadangan devisa berada di level US$ 110,5 miliar, pada April 2012, jumlahnya meningkat US$ 4,9 miliar menjadi US$ 114,9 miliar.

MARTHA THERTINA

Berita terkait

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

2 hari lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Diyakini Menguat, Pasar Respons Kemenangan Prabowo-Gibran

3 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Diyakini Menguat, Pasar Respons Kemenangan Prabowo-Gibran

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini masih akan menguat pada rentang Rp 16.110 - Rp 16.180. Pasar merespons kemenangan Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Tak Pengaruhi Rupiah, Indofarma Masih Tunggak Gaji Karyawan

5 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Tak Pengaruhi Rupiah, Indofarma Masih Tunggak Gaji Karyawan

Ekonom menyebut putusan MK terkait sidang sengketa Pilpres tak banyak mempengaruhi nilai tukar rupiah.

Baca Selengkapnya

Ekonom Sebut Putusan MK Tak Beri Pengaruh Signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah

5 hari lalu

Ekonom Sebut Putusan MK Tak Beri Pengaruh Signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah

Yusuf Wibisono menilai bukan putusan MK yang memberi pengaruh terhadap nilai tukar rupiah, melainkan konflik geopolitik dan kebijakan The Fed.

Baca Selengkapnya

Pelemahan Rupiah dan IHSG Berlanjut, Airlangga: Indonesia Masih Lebih Baik

5 hari lalu

Pelemahan Rupiah dan IHSG Berlanjut, Airlangga: Indonesia Masih Lebih Baik

Kendati terjadi pelemahan rupiah, Airlangga mengklaim rupiah masih lebih baik dibanding mata uang lain. IHSG juga diklaim lebih baik dari negara lain.

Baca Selengkapnya

Peneliti Paramadina Sebut Nilai Tukar Rupiah Melemah Bukan karena Konflik Iran-Israel

5 hari lalu

Peneliti Paramadina Sebut Nilai Tukar Rupiah Melemah Bukan karena Konflik Iran-Israel

Nilai tukar rupiah yang melemah menambah beban karena banyak utang pemerintah dalam denominasi dolar AS.

Baca Selengkapnya

Rupiah Diprediksi Menguat di Tengah Putusan MK, Penutupan Perdagangan Rp 16.237

6 hari lalu

Rupiah Diprediksi Menguat di Tengah Putusan MK, Penutupan Perdagangan Rp 16.237

Rupiah diprediksi dan tak terpengaruh dengan putusan MK. Rupiah spot hari ini ditutup pada Rp 16.237 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel Disebut Perparah Nilai Tukar Rupiah, BI Diminta Naikkan Suku Bunga

6 hari lalu

Konflik Iran-Israel Disebut Perparah Nilai Tukar Rupiah, BI Diminta Naikkan Suku Bunga

Konflik Timur Tengah ini dikhawatirkan akan bereskalasi menjadi perang yang lebih besar. Nilai tukar rupiah semakin melemah.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Melemah, Ini Industri yang Untung dan Buntung

6 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Melemah, Ini Industri yang Untung dan Buntung

Industri tekstil, pakan ternak, pupuk, hingga gandum yang kerap mengandalkan bahan baku impor menangis di tengah pelemahan nilai tukar rupiah.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Jalan Tol Palembang - Betung Ditarget Rampung 2025, Rupiah Makin Keok

8 hari lalu

Terpopuler Bisnis: Jalan Tol Palembang - Betung Ditarget Rampung 2025, Rupiah Makin Keok

Kementerian PUPR menargetkan Jalan Tol Palembang - Betung selesai pada 2025. Untuk itu butuh tambahan tim percepatan.

Baca Selengkapnya