TEMPO.CO, Mumbai - Bank Sentral India (RBI) pada secara mengejutkan memangkas suku bunganya lebih dari perkiraan para investor dan mengatakan bahwa ekonomi India dalam keprihatinan yang serius.
RBI memangkas suku bunganya sebesar 50 basis point (bps) menjadi 8 persen dari level sebelumnya 8,5 persen. Padahal, para ekonom memperkirakan bank sentral akan menurunkan suku bunganya 25 bps. Suku bunga pinjaman secara otomatis juga disesuaikan menjadi 7 persen dari sebelumnya 7,5 persen.
“Pemangkasan suku bunga yang lebih besar dari perkiraan ini memberikan rasa optimisme bahwa RBI akan melakukan segala cara untuk mendorong pertumbuhan,” kata DK Aggarwal, analis dari SMC Investment.
Dengan demikian, di tengah melemahnya bursa Asia karena menurunnya investasi asing langsung (FDI) cina, indeks bursa India (BSE 30) naik 206,99 poin (1,21 persen) ke level 17.357,94.
Ekonomi India di triwulan IV tahun lalu tumbuh 6,1 persen dan merupakan pertumbuhan yang paling lambat lebih dari dua tahun terakhir. Pelambatan ekonomi India dimulai akhir tahun lalu akibat kenaikan suku bunga yang tajam oleh bank sentral seiring melemahnya pertumbuhan ekonomi Amerika serta gejolak keuangan di Eropa.
“Tapi, kondisi makroekonomi global telah menunjukkan tanda–tanda perbaikan meskipun sederhana,” kata RBI dalam sebuah pernyataanya. Dengan pemotongan suku bunga ini, produksi industri India diharapkan bisa membaik.
Hingga pertengahan tahun yang berakhir bulanMaret kemarin, RBI memprediksikan ekonomi akan tumbuh 7 persen, dan untuk sepanjang tahun ini akan tumbuh 7,3 persen.
Pemangkasan suku bunga yang cukup agresif ini didasari oleh pertumbuhan yang melambat dibawah tren dan pada gilirannya juga dapat menekan inflasi inti.
Namun, bank sentral juga menekankan bahwa deviasi pertumbuhan dari tren tidak terlalu besar, sedangkan risiko kenaikan inflasi tetap. “Dengan pertimbangan ini, maka ruang bagi pemotongan lebih lanjut juga terbatas,” tutur RBI.
Inflasi akan terus meningkat seiring tingginya permintaan bahan makanan yang berbasis protein semakin diminati oleh masyarakat India kelas menengah, serta melonjaknya harga minyak akan mendorong harga bensin bersubsidi.
MARKETWATCH | VIVA B. KUSNANDAR
Berita terkait
Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga
1 hari lalu
Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.
Baca SelengkapnyaSamuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok
1 hari lalu
IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.
Baca SelengkapnyaLagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS
3 hari lalu
Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.
Baca SelengkapnyaBNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga
3 hari lalu
PT Bank Negara Indonesia atau BNI bersiap menghadapi perkembangan geopolitik global, nilai tukar, tekanan inflasi, serta suku bunga.
Baca SelengkapnyaBNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024
4 hari lalu
Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.
Baca SelengkapnyaSuku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti
4 hari lalu
BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi
7 hari lalu
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.
Baca SelengkapnyaEkonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025
7 hari lalu
Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.
Baca SelengkapnyaSetelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat
7 hari lalu
Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.
Baca SelengkapnyaPengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan
8 hari lalu
BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.
Baca Selengkapnya