Hanya di Indonesia, Bunga Deposito Lebihi Inflasi  

Reporter

Editor

Jumat, 17 Februari 2012 20:47 WIB

Papan informasi suku bunga deposito di salah satu bank di Jakarta, Rabu (4/3). Lembaga penjaminan simpanan menurunkan suku bunga yang dijamin 50 basis poin untuk simpanan rupiah menjadi sembilan persen pada bank umum. Tempo/Panca Syurkani

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution menyoroti suku bunga deposito perbankan nasional yang masih di atas inflasi. Fenomena tersebut dinilai langka. "Memang kita ini pengecualian di Asia Tenggara. Di dunia barangkali. Di Asia Tenggara, semua bunga deposito itu selalu lebih rendah dari inflasi," ujar Darmin di Bank Indonesia, Jumat, 17 Februari 2012.

Darmin menjelaskan, di Filipina, dengan inflasi 5,5 persen, suku bunga deposito berada di kisaran 3,5-4 persen. Sementara itu, di Malaysia dan Thailand, dengan inflasi 4-4,5 persen, suku bunga deposito di antara 2,5-3 persen. Tapi di Indonesia selalu diinginkan bunga deposito harus lebih tinggi dari inflasi. ”Padahal itu yang punya uang ongkang-ongkang kaki, tidak ada risikonya itu," ujar Darmin.

Darmin mengungkapkan, jika orang kaya ingin mendapatkan bunga yang lebih tinggi, seharusnya mereka menaruh di instrumen investasi. "Banyak instrumen lain yang memberikan imbal hasil tinggi. Kalau mau dapat tinggi, ya taruhlah di instrumen investasi. Memang ada risikonya, lebih tinggi," katanya.

Darmin menyoroti tingginya suku bunga deposito lantaran hal tersebut menjadi salah satu faktor yang menyebabkan suku bunga dasar kredit masih tinggi. "Jika bunga deposito turun, sudah pasti bunga kredit turun," katanya.

Bank Indonesia terus mengupayakan agar besaran suku bunga deposito perbankan nasional sejalan dengan suku bunga deposito negara kawasan yang berada di bawah inflasi. Meski begitu, Darmin mengungkapkan, untuk menurunkan suku bunga deposito, membutuhkan proses panjang.

Suku bunga penjaminan simpanan LPS, misalnya, tidak bisa langsung turun mengikuti bunga pasar, yakni suku bunga simpanan Fasbi, 3,75 persen. “Kami perlu meyakinkan LPS, meyakinkan Kemenkeu, meyakinkan pasar, mari kita pelan-pelan menuju itu, supaya ekonomi kita lebih efisien, supaya tingkat bunga UKM kita kalau mau minjam jangan terlalu mahal," ucap Darmin.

Melihat rasio kredit dibandingkan GDP perbankan nasional, menurut Darmin, juga terlalu kecil. "Di Indonesia cuma sekitar 30 hingga 35 persen, tapi di negara lain mencapai 100 persen," ujarnya. "Bagaimana mau bersaing? Bagaimana mau maju?" Tapi ia yakin semuanya bisa diubah asal terjadi kesepahaman yang sama antara pemerintah dan pengusaha.

MARTHA THERTINA

Berita terkait

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

22 jam lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

1 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

1 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

2 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

2 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

3 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

3 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

4 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

5 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

6 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya