IMF: Ekonomi Dunia Masuk Fase Bahaya  

Reporter

Editor

Kamis, 10 November 2011 09:46 WIB

Sebuah butik dengan banner diskon di Changsha Cina, Minggu (28/12). Cina mengumumkan multi-miliar dolar paket stimulus ekonomi dan rencana meningkatkan jumlah uang beredar dalam ekonomi tahun depan untuk mengantisipasi krisis global. AP Photo/Andy Wo

TEMPO Interaktif, Jakarta - Dana Moneter Internasional (IMF) mengingatkan dunia bahwa ekonomi global berada pada risiko terburuk saat ini. Kepala IMF Christine Lagarde mengatakan krisis utang Eropa membuat dunia terpuruk.

Saat ini, kata dia, semuanya bergantung pada upaya negara maju untuk mengembalikan kepercayaan pasar. "Krisis ini seperti membawa kita hidup dalam dekade yang hilang," kata Lagarde dalam acara Financial Forum di Beijing kemarin, seperti dikutip Reuters.

Lagarde menghadiri forum tersebut untuk meminta dukungan dunia dalam upaya penyelesaian krisis utang Eropa. Apalagi saat ini ada momentum baru yang bisa mempercepat penyelesaian krisis, yakni mundurnya Perdana Menteri Yunani dan Italia.

Dia berharap pemimpin Eropa dapat merampungkan rencana detail pengucuran dana bantuan stabilitas Eropa (European Financial Stability Fund/EFSF) sebesar 1 triliun euro, paling lambat Desember mendatang.

Tapi yang paling penting, Lagarde datang mewakili pemimpin Eropa untuk meminta bantuan Cina selaku "pemimpin" negara berkembang agar ikut membantu menyediakan dana pelunasan utang Eropa. "Jika kita tidak bertindak bersama, perekonomian dunia bakal terkena risiko."

Pernyataan Lagarde ini didukung argumen bahwa saat ini perlambatan ekonomi Eropa mulai menjalar ke kawasan lain. Kawasan Asia tidak kebal krisis karena Eropa merupakan pasar terbesar untuk barang-barang ekspor mereka.

Saat permintaan ekspor melambat, kinerja perekonomian Asia pun bakal terkoreksi. Seperti yang terjadi di Cina dan Taiwan, di mana indeks manajer pembelian (manufacturing purchasing manager index/PMI) kuartal III anjlok hingga di bawah 50 atau masuk fase resesi.

Dari Eropa dilaporkan, krisis utang di Italia makin memburuk. Imbal hasil obligasi negara itu menembus ambang batas 7 persen. Kondisi ini terjadi selang sehari setelah Perdana Menteri Silvio Berlusconi menyatakan siap mundur dari jabatannya.

Angka itu menjadi rekor terburuk sejak 1999 atau saat Uni Eropa berdiri. Tingginya biaya pinjaman ini menuntut ketersediaan dana besar agar tak terjadi gagal bayar.

Kantor berita BBC mengabarkan petinggi Eropa kini melobi lembaga pembiayaan LCH Clearnet untuk membeli obligasi dan menyelesaikan sebagian besar utang Italia. Tapi LCH meminta kompensasi berupa margin besar atau jaminan dana saat mereka memperdagangkan surat utang Italia. Permintaan ini mereka anggap wajar, mengingat saat ini investor berkeyakinan bahwa peringkat utang Italia akan terus memburuk.

FERY FIRMANSYAH

Berita terkait

Sri Mulyani: Ekonomi Global hingga Akhir Tahun Masih Diliputi Ketidakpastian

15 Desember 2023

Sri Mulyani: Ekonomi Global hingga Akhir Tahun Masih Diliputi Ketidakpastian

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kondisi perekonomian global masih diliputi ketidakpastian sampai dengan akhir tahun ini.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Perekonomian Dunia Akan Terus Tertekan hingga 2023, Indonesia Resilient

21 Oktober 2022

Sri Mulyani: Perekonomian Dunia Akan Terus Tertekan hingga 2023, Indonesia Resilient

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia terus menurun.

Baca Selengkapnya

Ancaman Resesi Global 2023, Luhut: Kita Harus Kompak Hadapi Keadaan

28 September 2022

Ancaman Resesi Global 2023, Luhut: Kita Harus Kompak Hadapi Keadaan

Luhut Binsar Panjaitan meminta Indonesia harus kompak menghadapi ancaman resesi global 2023.

Baca Selengkapnya

Ekonomi Dunia Makin Tak Pasti, Pasar Saham Dinilai Paling Rentan

17 Februari 2020

Ekonomi Dunia Makin Tak Pasti, Pasar Saham Dinilai Paling Rentan

Pasar saham menjadi yang paling rentan terpengaruh oleh dinamika perekonomian global yang diliputi ketidakpastian sejak awal 2020.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Perekonomian Global Masih Konsisten Melemah

24 September 2019

Sri Mulyani Sebut Perekonomian Global Masih Konsisten Melemah

Sri Mulyani mengatakan data tersebut menyiratkan bahwa sektor pertambangan memang mengalami tekanan yang sangat dalam pada tahun ini.

Baca Selengkapnya

Core: Perekonomian Dunia Hingga Akhir 2019 akan Tumbuh Lambat

30 Juli 2019

Core: Perekonomian Dunia Hingga Akhir 2019 akan Tumbuh Lambat

Core menyatakan kondisi perekonomian dunia hingga akhir 2019 diperkirakan tumbuh lebih lambat dibanding 2018.

Baca Selengkapnya

IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi 3,3 Persen

10 April 2019

IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi 3,3 Persen

IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomiglobal 2019 sebanyak 0,2 persen dari angka dikeluarkan pada Januari lalu.

Baca Selengkapnya

Jokowi Cerita Saat Presiden Bank Dunia Tak Punya Saran untuk RI

27 Agustus 2018

Jokowi Cerita Saat Presiden Bank Dunia Tak Punya Saran untuk RI

Presiden Jokowi mengatakan Indonesia mesti mengandalkan kemampuannya sendiri agar aman dari dampak ketidakstabilan ekonomi dunia"Saya tanya langsung gimana kira-kira prospek pertumbuhan ekonomi maupun keadaan ekonomi global secara umum, apa saranmu kepada Indonesia? Dia ngomong tidak punya saran, semuanya sulit diprediksi. Ya artinya menurut saya internal kita sendiri yang harus diperbaiki," kata Jokowi saat menerima anggota Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, Senin, 27 Agustus 2018.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Ungkap 3 Tren yang Pengaruhi Perekonomian Dunia

17 Juli 2018

Sri Mulyani Ungkap 3 Tren yang Pengaruhi Perekonomian Dunia

Sri Mulyani menyatakan Indonesia siap menghadapi kondisi perekonomian global tersebut.

Baca Selengkapnya

Ketua IMF Ingatkan Suramnya Perekonomian Dunia 2019

12 Juni 2018

Ketua IMF Ingatkan Suramnya Perekonomian Dunia 2019

IMF memprediksi perekonomian dunia tahun depan hanya tumbuh 3,9 persen.

Baca Selengkapnya