Krisis Eropa Diperkirakan Berlangsung 5-10 Tahun  

Reporter

Editor

Minggu, 30 Oktober 2011 22:56 WIB

AP/Thomas Lohnes

TEMPO Interaktif, Jakarta -Pengamat ekonomi Aviliani menilai kesepakatan mengucurkan dana talangan US$ 1,4 triliun dan memangkas 50 persen utang Yunani tak akan banyak berdampak pada penyelesaian krisis ekonomi Eropa.



"Tiap tiga bulan, enam bulan akan begini terus, selesai utang timbul utang baru," ujarnya saat dihubungi Tempo, Ahad, 30 Oktober 2011.

Aviliani menjelaskan, Eropa memiliki dua masalah ekonomi yakni konsekuensi turunnya pajak akibat besarnya jumlah penduduk lanjut usia yang mencapai 70 persen dan besarnya tunjangan sosial yang harus ditanggung pemerintah.



Dengan kondisi ini, ia menilai kesepakatan pemimpin Eropa tak akan banyak berpengaruh pada pemulihan krisis ekonomi. "Mau sampai kapan dibantu," ujarnya. Adapun pengaruh dari kesepakatan tersebut, kata Aviliani, krisis bertahan dengan skala kecil. Dampaknya, fluktuasi nilai tukar dan indeks.


Advertising
Advertising


"Jadi jangan kaget, ini hal biasa," ujarnya. Kondisi ini, kata dia, akan terus berlangsung hingga krisis ekonomi Eropa berakhir. "Sekitar 5-10 tahun," kata dia. "Pada kondisi krisis kecil-kecil, rupiah naik turun di kisaran 8.500 - 9.500 per dolar AS dan indeks naik turun 1-10 persen," ujarnya.

Dalam kondisi terburuk, kata Aviliani, yakni jika terjadi gagal bayar utang oleh Yunani, Italia dan Portugal, industri manufaktur akan mengalami pukulan paling besar. Jika ini terjadi, pertumbuhan ekonomi bisa menurun di kisaran 5,2 - 5,9 persen.

Untuk meminimalisasi dampak krisis ekonomi di Indonesia, Aviliani menekankan pentingnya langkah-langkah penguatan pasar domestik, utamanya dengan membangun infrastruktur. "Jika MP3EI berjalan, pertumbuhan ekonomi di atas 7 persen, tapi jika tidak ada agresivitas dari pemerintah pertumbuhan sekitar 6,3 persen," ujarnya.

Sejalan dengan Aviliani, pengamat ekonomi Agustinus Prasetyantoko juga menjelaskan, selama koreksi pertumbuhan ekonomi Cina dan India tidak terlalu dalam, koreksi pertumbuhan nasional juga tak akan banyak terpengaruh. Pasalnya, 60 persen ekspor Indonesia dikirim ke dua negara tersebut.

Sementara itu, soal kesepakatan di Eropa, meski setuju dengan Aviliani bahwa solusi tersebut jangka pendek, tapi Agustinus menilai, solusi tersebut cukup membuat pasar tenang. Dia memprediksi kesepakatan ini berdampak pada peningkatan harga indeks dan penguatan rupiah.



"Indeks meningkat di angka 3.700 dan rupiah menguat sekitar 8.800," ujarnya.

MARTHA THERTINA

Berita terkait

Sri Mulyani: Ekonomi Global hingga Akhir Tahun Masih Diliputi Ketidakpastian

15 Desember 2023

Sri Mulyani: Ekonomi Global hingga Akhir Tahun Masih Diliputi Ketidakpastian

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kondisi perekonomian global masih diliputi ketidakpastian sampai dengan akhir tahun ini.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Perekonomian Dunia Akan Terus Tertekan hingga 2023, Indonesia Resilient

21 Oktober 2022

Sri Mulyani: Perekonomian Dunia Akan Terus Tertekan hingga 2023, Indonesia Resilient

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia terus menurun.

Baca Selengkapnya

Ancaman Resesi Global 2023, Luhut: Kita Harus Kompak Hadapi Keadaan

28 September 2022

Ancaman Resesi Global 2023, Luhut: Kita Harus Kompak Hadapi Keadaan

Luhut Binsar Panjaitan meminta Indonesia harus kompak menghadapi ancaman resesi global 2023.

Baca Selengkapnya

Ekonomi Dunia Makin Tak Pasti, Pasar Saham Dinilai Paling Rentan

17 Februari 2020

Ekonomi Dunia Makin Tak Pasti, Pasar Saham Dinilai Paling Rentan

Pasar saham menjadi yang paling rentan terpengaruh oleh dinamika perekonomian global yang diliputi ketidakpastian sejak awal 2020.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Perekonomian Global Masih Konsisten Melemah

24 September 2019

Sri Mulyani Sebut Perekonomian Global Masih Konsisten Melemah

Sri Mulyani mengatakan data tersebut menyiratkan bahwa sektor pertambangan memang mengalami tekanan yang sangat dalam pada tahun ini.

Baca Selengkapnya

Core: Perekonomian Dunia Hingga Akhir 2019 akan Tumbuh Lambat

30 Juli 2019

Core: Perekonomian Dunia Hingga Akhir 2019 akan Tumbuh Lambat

Core menyatakan kondisi perekonomian dunia hingga akhir 2019 diperkirakan tumbuh lebih lambat dibanding 2018.

Baca Selengkapnya

IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi 3,3 Persen

10 April 2019

IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi 3,3 Persen

IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomiglobal 2019 sebanyak 0,2 persen dari angka dikeluarkan pada Januari lalu.

Baca Selengkapnya

Jokowi Cerita Saat Presiden Bank Dunia Tak Punya Saran untuk RI

27 Agustus 2018

Jokowi Cerita Saat Presiden Bank Dunia Tak Punya Saran untuk RI

Presiden Jokowi mengatakan Indonesia mesti mengandalkan kemampuannya sendiri agar aman dari dampak ketidakstabilan ekonomi dunia"Saya tanya langsung gimana kira-kira prospek pertumbuhan ekonomi maupun keadaan ekonomi global secara umum, apa saranmu kepada Indonesia? Dia ngomong tidak punya saran, semuanya sulit diprediksi. Ya artinya menurut saya internal kita sendiri yang harus diperbaiki," kata Jokowi saat menerima anggota Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, Senin, 27 Agustus 2018.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Ungkap 3 Tren yang Pengaruhi Perekonomian Dunia

17 Juli 2018

Sri Mulyani Ungkap 3 Tren yang Pengaruhi Perekonomian Dunia

Sri Mulyani menyatakan Indonesia siap menghadapi kondisi perekonomian global tersebut.

Baca Selengkapnya

Ketua IMF Ingatkan Suramnya Perekonomian Dunia 2019

12 Juni 2018

Ketua IMF Ingatkan Suramnya Perekonomian Dunia 2019

IMF memprediksi perekonomian dunia tahun depan hanya tumbuh 3,9 persen.

Baca Selengkapnya