Jerman Terus Hidupkan Masa Depan Euro  

Reporter

Editor

Jumat, 30 September 2011 08:49 WIB

Angela Merkel. AP/RIA-Novosti, Mikhail Klimentyev

TEMPO Interaktif, Berlin — Jerman kembali menghidupkan masa depan mata uang Uni Eropa, euro, agar dapat bertahan dari krisis yang lebih luas setelah anggota parlemen negara dengan perekonomian terbesar di Benua Biru ini memberikan suara mayoritas untuk mendukung perluasan bantuan.

Pemungutan suara juga diperkuat koalisi kanan-tengah Kanselir Angela Merkel yang telah berjuang untuk memenangkan dukungan dari blok penentang. Dengan hasil ini, Jerman dapat meningkatkan kemampuannya menegoisasikan langkah baru untuk mengatasi krisis utang Eropa.

Investor dan para analis percaya bahwa langkah baru akan dibutuhkan di Eropa seperti memberikan keringangan utang bagi Yunani. Persetujuan dari parlemen ini memberikan ruang yang lebih luas bagi Jerman untuk tindakan yang diperlukan guna menghindari gejolak pasar yang lebih besar.

Kepala Bank Federasi Jerman (GBF), Michael Kemmer mengemukakan, dukungan dari Bundestag merupakan langlah penting guna menstabilkan zona Eropa. “Dengan ini, mereka telah menetapkan program yang mengarah keluar dari krisis utang,” paparnya.

Dengan dana 440 miliar euro (US$ 600 miliar) dapat membeli obligasi pemerintah dan meminjamkan uang ke bank pemerintah sebelum mereka mengalami krisis besar–besaran serta dapat merespon kegelisahan pasar lebih cepat.

Jerman menyumbang bagian terbesar dana talangan Eropa menjadi anggota Uni Eropa ke-13 yang mendukung ekspansi dana penyelamatan Eropa (EFSF). Siprus dan Estonia juga menyetujui usulan penyelamatan kawasan. Parlemen Austria juga diharapkan bisa meloloskan perluasan yang akan dilangsungkan hari ini.

Hambatan kemungkian akan terjadi di Slowakia karena pemerintah tidak akan cukup memperoleh dukungan dari perlemen untuk ekspansi dana.

Di Berlin, 523 anggota parlemen, Bundestag mendukung perluasan bantuan Jerman hingga 211 miliar euro dibandingkan dengan senilai 123 miliar euro. Delapan puluh menentang, serta tiga lainnya abstain.

“Itu adalah pernyataan yang kuat dari posisi Angela Markel. Dia memiliki dukungan yang kuat dari koalisi sehingga dia mampu bernegoisasi pada tingkat Eropa,” ujar Peter Altmeier, anggota parlemen dari Partai Demoktrat Kristen setelah hasil penghitungan suara diumumkan.

Hasil ini membuat pasar lebih tenang dan mata uang euro ditransaksikan lebih tinggi dari posisi sehari sebelumnya.

Yunani mendapat dana talangan agar terhindar dari default (gagal bayar utang) senilai 110 miliar euro (US$ 150 miliar) awal Mei 2010 sebelum didirikannya EFSF guna membantu negara lainnya yang juga mengalami kesulitan serupa.

Paket penyelamatan kedua yang direncanakan untuk Yunani tahun ini, termasuk partisipasi sukarela oleh pemegang obligasi swasta untuk menghapus 20 persen kepemilikan pada utang Yunani. Para ahli bahkan menyarankan seharusnya mereka menghapus utangnya sekitar 50 persen.

AP/VIVA B. KUSNANDAR

Berita terkait

Sri Mulyani: Ekonomi Global hingga Akhir Tahun Masih Diliputi Ketidakpastian

15 Desember 2023

Sri Mulyani: Ekonomi Global hingga Akhir Tahun Masih Diliputi Ketidakpastian

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kondisi perekonomian global masih diliputi ketidakpastian sampai dengan akhir tahun ini.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Perekonomian Dunia Akan Terus Tertekan hingga 2023, Indonesia Resilient

21 Oktober 2022

Sri Mulyani: Perekonomian Dunia Akan Terus Tertekan hingga 2023, Indonesia Resilient

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia terus menurun.

Baca Selengkapnya

Ancaman Resesi Global 2023, Luhut: Kita Harus Kompak Hadapi Keadaan

28 September 2022

Ancaman Resesi Global 2023, Luhut: Kita Harus Kompak Hadapi Keadaan

Luhut Binsar Panjaitan meminta Indonesia harus kompak menghadapi ancaman resesi global 2023.

Baca Selengkapnya

Ekonomi Dunia Makin Tak Pasti, Pasar Saham Dinilai Paling Rentan

17 Februari 2020

Ekonomi Dunia Makin Tak Pasti, Pasar Saham Dinilai Paling Rentan

Pasar saham menjadi yang paling rentan terpengaruh oleh dinamika perekonomian global yang diliputi ketidakpastian sejak awal 2020.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Perekonomian Global Masih Konsisten Melemah

24 September 2019

Sri Mulyani Sebut Perekonomian Global Masih Konsisten Melemah

Sri Mulyani mengatakan data tersebut menyiratkan bahwa sektor pertambangan memang mengalami tekanan yang sangat dalam pada tahun ini.

Baca Selengkapnya

Core: Perekonomian Dunia Hingga Akhir 2019 akan Tumbuh Lambat

30 Juli 2019

Core: Perekonomian Dunia Hingga Akhir 2019 akan Tumbuh Lambat

Core menyatakan kondisi perekonomian dunia hingga akhir 2019 diperkirakan tumbuh lebih lambat dibanding 2018.

Baca Selengkapnya

IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi 3,3 Persen

10 April 2019

IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi 3,3 Persen

IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomiglobal 2019 sebanyak 0,2 persen dari angka dikeluarkan pada Januari lalu.

Baca Selengkapnya

Jokowi Cerita Saat Presiden Bank Dunia Tak Punya Saran untuk RI

27 Agustus 2018

Jokowi Cerita Saat Presiden Bank Dunia Tak Punya Saran untuk RI

Presiden Jokowi mengatakan Indonesia mesti mengandalkan kemampuannya sendiri agar aman dari dampak ketidakstabilan ekonomi dunia"Saya tanya langsung gimana kira-kira prospek pertumbuhan ekonomi maupun keadaan ekonomi global secara umum, apa saranmu kepada Indonesia? Dia ngomong tidak punya saran, semuanya sulit diprediksi. Ya artinya menurut saya internal kita sendiri yang harus diperbaiki," kata Jokowi saat menerima anggota Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, Senin, 27 Agustus 2018.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Ungkap 3 Tren yang Pengaruhi Perekonomian Dunia

17 Juli 2018

Sri Mulyani Ungkap 3 Tren yang Pengaruhi Perekonomian Dunia

Sri Mulyani menyatakan Indonesia siap menghadapi kondisi perekonomian global tersebut.

Baca Selengkapnya

Ketua IMF Ingatkan Suramnya Perekonomian Dunia 2019

12 Juni 2018

Ketua IMF Ingatkan Suramnya Perekonomian Dunia 2019

IMF memprediksi perekonomian dunia tahun depan hanya tumbuh 3,9 persen.

Baca Selengkapnya