BI, Kementerian Keuangan, dan BPS Kerja Sama Data Ekspor-Impor  

Reporter

Editor

Rabu, 10 Agustus 2011 15:35 WIB

TEMPO/Amston Probel

TEMPO Interaktif, Jakarta - Tiga instansi yakni Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, dan Badan Pusat Statistik menandatangani kerja sama pertukaran data ekspor-impor. Penandatanganan kerja sama dilakukan Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution, Menteri Keuangan Agus Martowardojo, dan Kepala BPS Rusman Heriawan di gedung Bank Indonesia, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, hari ini, Rabu, 10 Agustus 2011.

Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution mengatakan kerja sama ini sebenarnya telah lama ada, namun bentuknya masih manual dan terbatas. "Dulu penyampaian datanya pakai disket atau 'hardcopy'," katanya dalam jumpa pers usai menandatangani perjanjian.

Dengan kerja sama yang diperbarui ini ketiga pihak akan memiliki sebuah portal bersama yang masing-masing bisa langsung terhubung secara online. Bank Indonesia dan BPS bisa mengakses langsung data-data terkait ekpor-impor dari Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal Bea Cukai.

Dengan kerja sama ini diharapkan dapat menaikkan validitas, akurasi, integritas, dan kecepatan data sehingga pemantauan perkembangan ekonomi menjadi lebih baik. Tak hanya bermanfaat bagi instansi terkait, tapi juga masyarakat luas dan dunia usaha. "Kami merasa bahagia karena kerja sama beberapa instansi ini tidak mudah," tambahnya.

Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan bahwa ia menyambut baik kerja sama itu sehingga masing-masing pihak bisa berkoordinasi dengan baik guna memperbaiki database, terutama ekspor-impor. "Jadi, bukan cuma data NPWP (wajib pajak) saja yang jelas, tapi juga nilai ekspor-impornya," katanya.

Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan mengatakan pertukaran data ini bukan hanya data final, namun data mentah yang masih diproses. Dengan begitu, instansi-instansi yang terkait bisa melihat data karena ada 'self control'.

BPS berharap dengan ini jangkauan ekspor-impor menjadi lebih jelas dan luas sehingga tidak ada lagi data atau dokumen yang tercecer.

Rusman menjelaskan BPS dengan sistem baru ini bisa langsung mengakses data mentah tentang data dasar dari eksportir dan importir dari Direktorat Bea Cukai. Data itu lalu divalidasi lagi oleh BPS. Selanjutnya Kementerian Keuangan dapat melihat data-data tersebut sehingga kelak data yang keluar ke publik sudah benar.

"Dari proses kerja sama ini kita juga bisa tahu coverage eksportir-importir sudah benar atau belum," katanya. Dengan kata lain, dengan adanya portal ini maka tanggung jawab tiap-tiap instansi dapat ditingkatkan.

INDRA WIJAYA | FEBRIANA FIRDAUS | ADITYA BUDIMAN

Berita terkait

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

9 jam lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

1 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

2 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

3 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

3 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

3 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

3 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

3 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

3 hari lalu

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

Para pemohon termasuk perwakilan Ant Group sebagai pemilik aplikasi pembayaran Alipay bisa datang ke kantor BI untuk meminta pre-consultative meeting.

Baca Selengkapnya

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

3 hari lalu

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

Rupiah bergerak stabil seiring pasar respons positif kenaikan BI Rate.

Baca Selengkapnya