Pasokan Bahan Baku Seret, Industri Plastik Merosot

Reporter

Editor

Senin, 1 Agustus 2011 16:50 WIB

Biji plastik. ANTARA/M Risyal Hidayat

TEMPO Interaktif, Jakarta - Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian Panggah Susanto mengatakan penurunan pertumbuhan industri plastik hingga 7,29 persen itu karena kekurangan bahan baku dalam negeri. Hal itu banyak dipengaruhi oleh tidak berproduksinya PT Politama Propindo sebagai salah satu produsen utama polipropilena (PP) atau biji plastik yang merupakan bahan baku utama industri plastik.

“Saat Politama tidak beroperasi lagi, impor polipropilena membengkak. Padahal produk itu saat ini dikenai tarif impor tinggi, 15 persen," ujarnya, Senin, 1 Agustus 2011.

Kebutuhan polipropilena dalam negeri sekitar 900 ribu ton per tahun. Sekitar 400 persen dipasok dari dalam negeri. Namun saat Politama tidak berproduksi, produksi polipropilena dalam negeri merosot menjadi hanya sekitar 200 ribu ton per tahun. “Impor melonjak dari 500 ribu ton menjadi 600-700 ribu ton,” ucapnya. Untuk itu, saat ini pemerintah sedang mengupayakan agar Politama bisa dihidupkan kembali agar mengurangi ketergantungan impor.

Hal ini menanggapi pengumuman Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyatakan pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang pada triwulan kedua tahun ini naik sebesar 4,79 persen dibanding dengan triwulan yang sama tahun lalu. Industri manufaktur yang dimaksud di antaranya mesin listrik dan perlengkapan, logam dasar, kimia, kulit, kertas, tembakau, serta makanan dan minuman.

Industri mesin listrik dan perlengkapannya naik tertinggi sebesar 19,92 persen dan industri makanan dan minuman naik terendah sebesar 8,7 persen. Namun ada dua industri yang mengalami penurunan, yakni karet dan barang dari plastik yang turun 7,29 persen serta industri dari kayu turun 1,09 persen.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia Fajar A.D. Budiyono mengatakan industri plastik makin merana karena saat ini sedang terjadi kelangkaan pasokan polipropilena. Akibatnya, harga produk tersebut terus merangkak naik. Di kawasan Asia terkerek naik hingga sekitar US$ 70 menjadi US$ 1.790 per ton. "Sekarang pasokan langka, sehingga harganya menguat tajam. Pekan lalu PP naik US$ 70 per ton menjadi US$ 1.790,” ujarnya.

Salah satu penyebab meroketnya harga, menurutnya, karena adanya masalah teknis kilang yang cukup besar dan berpengaruh di Thailand, Taiwan, dan Timur Tengah. Masih besarnya ketergantungan industri dalam negeri pada pasokan impor, kata Fajar, memperparah kondisi tersebut. "Dengan begitu pasar kita mudah menjadi ajang spekulasi."

Namun, pemerintah optimistis pertumbuhan industri manufaktur dalam negeri akan terus berkembang. "Secara umum prospeknya meningkat," ujar Panggah.

AGUNG SEDAYU

Berita terkait

Pertumbuhan Ekonomi Jakarta Tembus 10,91 Persen di Triwulan II 2021, Artinya?

27 September 2021

Pertumbuhan Ekonomi Jakarta Tembus 10,91 Persen di Triwulan II 2021, Artinya?

Pertumbuhan ekonomi di Jakarta ini disebut lebih tinggi dibandingkan nasional.

Baca Selengkapnya

Ada Demo 22 Mei, Kemenperin: Industri Tak Terdampak

23 Mei 2019

Ada Demo 22 Mei, Kemenperin: Industri Tak Terdampak

Demo 22 Mei yang berujung rusuh kemarin diyakini tak menimbulkan dampak yang berarti pada industri nasional.

Baca Selengkapnya

Industri Minuman Bakal Tumbuh Positif di Akhir Tahun

23 Juli 2018

Industri Minuman Bakal Tumbuh Positif di Akhir Tahun

Kalangan pengusaha industri minuman yakin bakal mencatatkan kinerja positif pada akhir tahun.

Baca Selengkapnya

Dorong Industri 4.0, Menperin: Pendidikan Jadi Kunci Utama

29 Desember 2017

Dorong Industri 4.0, Menperin: Pendidikan Jadi Kunci Utama

Kunci utama dalam mendorong industri agar bisa menghadapi era ekonomi digital termasuk industri 4.0 adalah pendidikan.

Baca Selengkapnya

Proyeksi 2018: Industri Unggulan Ini Jadi Tumpuan Pertumbuhan

27 Desember 2017

Proyeksi 2018: Industri Unggulan Ini Jadi Tumpuan Pertumbuhan

Kemampuannya menyerap banyak tenaga kerja membuat sektor industri dipercaya masih akan jadi salah satu tumpuan pertumbuhan ekonomi di tahun 2018.

Baca Selengkapnya

Proyeksi 2018: Bersiap Melompat Lebih Tinggi dengan Industri 4.0

27 Desember 2017

Proyeksi 2018: Bersiap Melompat Lebih Tinggi dengan Industri 4.0

Meski banyak yang pesimistis, tapi tak jarang pihak yang yakin ekonomi bakal tumbuh di 2018 dengan ditopang sejumlah sektor industri sebagai motornya.

Baca Selengkapnya

Bank Dunia Sebut Perekonomian RI Positif, Apa Saja Indikatornya?

14 Desember 2017

Bank Dunia Sebut Perekonomian RI Positif, Apa Saja Indikatornya?

Tren perekonomian Indonesia pada kuartal ketiga 2017 dinilai positif oleh Bank Dunia.

Baca Selengkapnya

Pertumbuhan Industri 2018 Ditargetkan Tembus 5,67 Persen

11 Desember 2017

Pertumbuhan Industri 2018 Ditargetkan Tembus 5,67 Persen

Kementerian Perindustrian akan mendorong sektor-sektor andalan agar target pertumbuhan industri 2018 bisa tercapai.

Baca Selengkapnya

Menperin Sebut 6 Sektor Pendongkrak Pertumbuhan Industri 2018

11 Desember 2017

Menperin Sebut 6 Sektor Pendongkrak Pertumbuhan Industri 2018

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyebutkan kontribusi pertumbuhan industri 2017 mendekati 20 persen terhadap produk domestik bruto.

Baca Selengkapnya

Pertumbuhan Industri Meroket, Menperin: Ada Optimisme

7 November 2017

Pertumbuhan Industri Meroket, Menperin: Ada Optimisme

Industri pengolahan menyumbang paling banyak dalam PDB triwulan III 2017, karena pelaku optimistis.

Baca Selengkapnya