TEMPO Interaktif, Jakarta - Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina (Persero), Djaelani Sutomo, menyatakan bahwa Pertamina akan menambah impor Bahan Bakar Minyak jenis premium sebanyak 1,5 juta barel pada bulan Agustus. "Jadi impornya sekitar 7,5 juta barel," ujar Djaelani, ketika dijumpai di Kementerian ESDM, Selasa 5 Juli 2011.
Djaelani menjelaskan, biasanya dalam setiap bulan pemerintah mengimpor Bahan Bakar Minyak premium ini di rata-rata 5 sampai 6 juta barel per bulan. Tambahan impor ini diperlukan , karena perkiraaan akan adanya kenaikan permintaan menjelang puasa dan lebaran di bulan tersebut.
Menjelang lebaran, tambahan impor dibutuhkan sebesar 5-7 persen dari biasanya. Tambahan impor untuk bulan Agustus ini , katanya, diutamakan dari wilayah dekat Indonesia terlebih dahulu seperti Singapura."Selain itu ada juga tambahan dari Korea Selatan," tambahnya.
Sebelumnya, Pertamina telah melakukan tambahan impor BBM untuk bulan Juni. Pertamina yang biasanya mengimpor sebanyak 5 juta barel, menambah impor hingga menjadi 6 juta barel untuk memenuhi permintaan bulan Juni dan Juli karena musim liburan.
Seperti diketahui, Pertamina memang belum sanggup untuk memenuhi konsumsi produksi minyak nasional secara keseluruhan. Pasokan minyak yang diperoleh dari dalam negeri hanya sekitar 63 persen dari total kebutuhan 1,03 juta barel BBM. Artinya sekira 37 persen harus dipasok dari luar negeri.
Secara menyeluruh, kapasitas total produksi bahan bakar minyak Pertamina hanya sekitar 40,6 juta kiloliter, yang terdiri atas solar 18,3 juta kiloliter (45 persen), Premium 12 juta kiloliter(29 persen), minyak tanah 7 juta kiloliter (17 persen), dan avtur 3,3 juta kiloliter (8 persen). Rata-rata kebutuhan tiap tahun hingga 50,1 juta kiloliter.
Saat ini Pertamina hanya memiliki 6 kilang yang berfungsi memproduksi BBM. Kilang tersebut antara lain, kilang Dumai, Riau 170 ribu barel per hari; Plaju, Sumatera Selatan 118 ribu barel per hari; Cilacap, Jawa Tengah 348 ribu barel per hari; Balikpapan, Kalimantan Timur, 260 ribu barel per hari; Balongan, Jawa Barat 125 ribu barel per hari; dan Kasim, Papua Barat 10 ribu barel per hari.
GUSTIDHA BUDIARTIE