Bank Indonesia Prediksi Inflasi Naik di Semester Kedua

Reporter

Editor

Jumat, 6 Mei 2011 14:29 WIB

TEMPO/Nita Dian
TEMPO Interaktif, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution memperkirakan inflasi tahun ini meningkat pada kuartal ketiga dan keempat. Meski berkembang sesuai target, namun kenaikan inflasi tetap diwaspadai. “Melihat keadaan itu kami berhati-hati menetapkan kebijakan moneter,” kata Darmin di Kantor Bank Indonesia, Jumat, 6 Mei siang.

Darmin menyebut beberapa hal yang menjadi faktor pemicu meningkatnya inflasi, khususnya inflasi inti, pada kuartal tiga dan empat mendatang, antara lain kenaikan harga emas dan perhiasan lainnya. Lalu lonjakan harga komoditas makanan pokok. Menurut dia, pemerintah harus menjaga ketersediaan bahan makanan, terutama beras.

Kesiapan Perum Bulog dalam menghadapi masa paceklik, menurut Darmin, menjadi faktor besar yang ikut mempengaruhi fluktuasi inflasi sepanjang kuartal ketiga dan keempat. “Semua ditentukan struktur pasar dalam perdagangan beras,” ujarnya.

Selain itu, ada faktor peningkatan permintaan dari sektor perumahan, dan peningkatan upah masyarakat. Kendati demikian, Darmin optimistis hingga akhir tahun bank sentral bisa mengendalikan inflasi sesuai target. Bank Indonesia menargetkan pada 2011 inflasi Indonesia berada di kisaran 4-6 persen.

Senin pekan lalu, Badan Pusat Statistik kondisi ekonomi selama April mengalami deflasi 0,31 persen. Ini sedikit lebih rendah dari deflasi Maret 0,32 persen. Sejak empat bulan pertama angka inflasi 0,39 persen. Sedang untuk year on year inflasi tercatat 6,1 persen.

Meski mengalami deflasi untuk inflasi inti berada pada 0,25 persen, dengan inflasi inti tahunan 4,62 persen. Kondisi deflasi ini dialami hampir semua kota di Indonesia. Sebanyak 57 kota mengalami deflasi. Kurang dari sepuluh kota saja yang mengalami inflasi.

Menurut BPS, faktor penyumbang deflasi adalah bahan makanan dengan 0,48 persen. Bawang merah mengalami deflasi 0,13 persen dan beras 0,06 persen. Angka ini menutupi inflasi yang disebabkan oleh makanan jadi dan barang yang harganya ditetapkan (adminstered price).

Selain itu, menurut BPS, keputusan pemerintah yang belum menetapkan kebijakan pembatasan bahan bakar minyak bersubsidi menyebabkan harga di pasar masih terkendali dan belum bergejolak. Ini menjadi kondisi positif untuk gejolak inflasi.

ANANDA BADUDU | IRA GUSLINA SUFA

Berita terkait

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

7 jam lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

1 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

2 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

2 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

2 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

2 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

2 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

2 hari lalu

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

Para pemohon termasuk perwakilan Ant Group sebagai pemilik aplikasi pembayaran Alipay bisa datang ke kantor BI untuk meminta pre-consultative meeting.

Baca Selengkapnya

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

2 hari lalu

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

Rupiah bergerak stabil seiring pasar respons positif kenaikan BI Rate.

Baca Selengkapnya

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

3 hari lalu

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut pelemahan rupiah dipengaruhi oleh arah kebijakan moneter AS yang masih mempertahankan suku bunga tinggi.

Baca Selengkapnya