Wabah Ulat Bulu Jangan Sampai Ganggu Ketahanan Pangan
Jumat, 15 April 2011 14:32 WIB
"Meski sekarang dampaknya kecil, tapi kalau terus menyebar, dampaknya terhadap tanaman pangan bisa jadi besar," kata Marie usai melakukan pengawasan komoditas pangan dan non pangan di Pasar Wonokromo, Surabaya, Jum’at, 15 April 2011.
Mari mengatakan, langkah pencegahan harus terus dilakukan, termasuk penyemprotan dengan pestisida. Populasinya harus dicegah agar tidak terus bertambah dan daerah yang dirambah semakin meluas.
Mari juga menjelaskan telah berkordinasi dengan Kementerian Pertanian agar hama ulat bulu tidak menganggu produksi tanaman pangan. "Saat ini terus dipantau. Sebab, ulat bulu berkembang biak dengan cepat dalam kondisi lembab,” ujarnya.
Dinas Perdagangan di berbagai daerah, Kata Mari Pangestu, telah diminta ikut membantu mensosialisasikan penanganan ulat bulu kepada masyarakat ataupun pedagang.
Kordinator Fungsional Proteksi Tanaman Pangan dan Holtikultura Dinas Pertanian Jawa Timur Widagdo Hendaruddin menjelaskan, jenis ulat bulu di berbagai daerah tidak sama dengan ulat bulu yang sebelumnya merambah Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Menurut dia, serangan ulat bulu bukan siklus yang bisa terulang setiap tahun. Ulat bulu akan muncul ketika terjadi cuaca ekstrim dan matinya predator alami pemangsa ulat. "Krangkeng (semut besar) yang biasa hidup di pohon saat ini sulit dijumpai, padahal itu adalah predator alami," paparnya. DINI MAWUNTYAS.