Harga Minyak Dinilai Membahayakan Pemulihan Ekonomi

Reporter

Editor

Kamis, 13 Januari 2011 06:33 WIB

AP/Hasan Jamali
TEMPO Interaktif, London - Lembaga riset energi Center for Global Energy Studies (CGES), yang bermarkas di London, memperingatkan negara-negara eksportir minyak agar mengendalikan harga minyak.

Pasalnya, harga minyak saat ini, yang mencapai US$ 91,18 per barel (1 barel setara dengan 158,9 liter), telah mengancam pemulihan ekonomi. "Harga minyak idealnya di bawah US$ 90 per barel," kata analis CGES.

Dalam "Energy Outlook" terbarunya, yang dipublikasikan kemarin, disebutkan pemulihan makroekonomi dunia membuat harga minyak tidak bakal turun drastis dalam waktu dekat, sekalipun dolar Amerika Serikat menguat.

Namun CGES melihat ada beberapa faktor yang akan menekan harga minyak, antara lain berakhirnya musim dingin di belahan bumi utara, cadangan minyak Amerika yang terus meningkat, dan pulihnya nilai tukar dolar Amerika.

CGES juga menunjuk adanya peningkatan produksi minyak di Nigeria dan Arab Saudi sepanjang Desember 2010. Peningkatan produksi Nigeria mungkin disebabkan oleh perbaikan pada jalur pipa.

Adapun kenaikan produksi Arab Saudi ditengarai sebagai bagian dari upaya negara itu untuk menurunkan harga minyak, seperti janjinya pada pertemuan OPEC di Ekuador.

"Tapi terlalu dini untuk menentukan apakah peningkatan produksi Arab Saudi benar-benar upaya mereka untuk menurunkan harga atau hanya sementara," kata CGES.
Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) dalam pertemuan di Quito, Ekuador, 11 Desember tahun lalu menyatakan ekonomi dunia masih mampu menyerap harga minyak dalam kisaran US$ 90-100 per barel. Karena itu, OPEC sepakat tidak menambah produksi.

Venezuela dan beberapa negara OPEC lainnya bahkan aktif mendorong agar harga minyak lebih tinggi. Untunglah, dalam pemungutan suara, mereka kalah oleh anggota-anggota lain yang khawatir terhadap opini buruk publik dunia terhadap OPEC.

Walaupun pengaruh OPEC terhadap harga minyak tidak sebesar sepuluh tahun lalu, keputusan OPEC masih menjadi acuan bagi pasar energi. Beberapa negara OPEC, seperti Venezuela dan Iran, dikritik karena gagal mengelola perekonomiannya. Kegagalan itu membuat mereka mendorong harga minyak ke arah US$ 100 per barel.

UPI | EFRI RITONGA

Berita terkait

Sri Mulyani: Ekonomi Global hingga Akhir Tahun Masih Diliputi Ketidakpastian

15 Desember 2023

Sri Mulyani: Ekonomi Global hingga Akhir Tahun Masih Diliputi Ketidakpastian

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kondisi perekonomian global masih diliputi ketidakpastian sampai dengan akhir tahun ini.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Perekonomian Dunia Akan Terus Tertekan hingga 2023, Indonesia Resilient

21 Oktober 2022

Sri Mulyani: Perekonomian Dunia Akan Terus Tertekan hingga 2023, Indonesia Resilient

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia terus menurun.

Baca Selengkapnya

Ancaman Resesi Global 2023, Luhut: Kita Harus Kompak Hadapi Keadaan

28 September 2022

Ancaman Resesi Global 2023, Luhut: Kita Harus Kompak Hadapi Keadaan

Luhut Binsar Panjaitan meminta Indonesia harus kompak menghadapi ancaman resesi global 2023.

Baca Selengkapnya

Ekonomi Dunia Makin Tak Pasti, Pasar Saham Dinilai Paling Rentan

17 Februari 2020

Ekonomi Dunia Makin Tak Pasti, Pasar Saham Dinilai Paling Rentan

Pasar saham menjadi yang paling rentan terpengaruh oleh dinamika perekonomian global yang diliputi ketidakpastian sejak awal 2020.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Perekonomian Global Masih Konsisten Melemah

24 September 2019

Sri Mulyani Sebut Perekonomian Global Masih Konsisten Melemah

Sri Mulyani mengatakan data tersebut menyiratkan bahwa sektor pertambangan memang mengalami tekanan yang sangat dalam pada tahun ini.

Baca Selengkapnya

Core: Perekonomian Dunia Hingga Akhir 2019 akan Tumbuh Lambat

30 Juli 2019

Core: Perekonomian Dunia Hingga Akhir 2019 akan Tumbuh Lambat

Core menyatakan kondisi perekonomian dunia hingga akhir 2019 diperkirakan tumbuh lebih lambat dibanding 2018.

Baca Selengkapnya

IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi 3,3 Persen

10 April 2019

IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi 3,3 Persen

IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomiglobal 2019 sebanyak 0,2 persen dari angka dikeluarkan pada Januari lalu.

Baca Selengkapnya

Jokowi Cerita Saat Presiden Bank Dunia Tak Punya Saran untuk RI

27 Agustus 2018

Jokowi Cerita Saat Presiden Bank Dunia Tak Punya Saran untuk RI

Presiden Jokowi mengatakan Indonesia mesti mengandalkan kemampuannya sendiri agar aman dari dampak ketidakstabilan ekonomi dunia"Saya tanya langsung gimana kira-kira prospek pertumbuhan ekonomi maupun keadaan ekonomi global secara umum, apa saranmu kepada Indonesia? Dia ngomong tidak punya saran, semuanya sulit diprediksi. Ya artinya menurut saya internal kita sendiri yang harus diperbaiki," kata Jokowi saat menerima anggota Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, Senin, 27 Agustus 2018.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Ungkap 3 Tren yang Pengaruhi Perekonomian Dunia

17 Juli 2018

Sri Mulyani Ungkap 3 Tren yang Pengaruhi Perekonomian Dunia

Sri Mulyani menyatakan Indonesia siap menghadapi kondisi perekonomian global tersebut.

Baca Selengkapnya

Ketua IMF Ingatkan Suramnya Perekonomian Dunia 2019

12 Juni 2018

Ketua IMF Ingatkan Suramnya Perekonomian Dunia 2019

IMF memprediksi perekonomian dunia tahun depan hanya tumbuh 3,9 persen.

Baca Selengkapnya