BPH Migas Mengaku Pertamax Sulit Disubsidi

Reporter

Editor

Selasa, 4 Januari 2011 16:08 WIB

TEMPO/Subekti

TEMPO Interaktif, Jakarta -Anggota Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH MIGAS), Adi Soebagyo menyatakan akan sulit bagi pemerintah untuk memberikan subsidi bagi bahan bakar minyak jenis pertamax yang mekanismenya sudah diserahkan kepada pasar. "Pertamax tidak diatur pemerintah, jadi sulit," kata Adi, ketika dihubungi oleh Tempo, Selasa (04/01).

Menurut Adi, akan lebih mudah bagi pemerintah apabila menaikkan harga premium sebagai salah satu langkah antisipasi lonjakan harga minyak yang belakangan semakin memanas. Ia memaparkan, sah saja bagi pemerintah untuk menaikkan harga BBM jenis premium ,karena Undang-Undang No 10 Tahun 2010 Tentang Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara memperbolehkan pemerintah untuk menaikkan harga BBM apabila ICP (harga rata-rata minyak mentah Indonesia) melebihi minimal 10 persen diatas angka asumsi makro.

Berdasarkan data yang terdapat dalam laman Direktorat Jenderal Minyak dan Gas, Harga minyak mentah Indonesia per bulan Desember lalu telah mencapai angka US$ 91,37 per barel jauh diatas angka asumsi makro yang ditetapkan dalam kisaran US$ 80 per barelnya."Kalau dilihat dari sisi perundangan berarti bisa saja harga premium dinaikkan," ujar Adi.

Namun, Adi mengakui hal menaikkan harga BBM bukanlah persoalan yang mudah. Pemerintah masih harus melakukan kajian dari aspek ekonomi dan sosial mengenai dampak-dampak yang akan terjadi apabila memilih jalan untuk menaikkan harga BBM Premium."Nah itu timnya ada sendiri, Tim kajian sosial ekonomi yang dibentuk oleh Kementerian Energi dan dikepalai oleh Bappenas dalam tim tersebut," katanya.

Mengenai dampak laju kenaikan harga minyak terhadap program pembatasan, Adi mengakui sampai saat ini pihaknya masih melakukan kajian yang diminta oleh anggota dewan dan belum mengetahui secara pasti apakah dengan adanya kenaikan yang pesat program pembatasan akan ikut mengalami kemunduran dalam pelaksanaannya."Kami masih tunggu pemerintah kalau soal itu, yang pasti kami bersiap-siap saja," katanya.

Pemerintah diminta memberi subsidi terhadap bahan bakar minyak jenis Pertamax, bila harganya melebihi Rp 8 ribu per liter. Menurut pengamat ekonomi Lembaga Penelitian Manajemen Universitas Padjajaran Bandung Acuviarta Kartabi, subsidi bahan bakar masih sangat diperlukan masyarakat terutama kalangan menengah kebawah.

Pemerintah juga harus memikirkan cara agar kalangan usaha kecil menengah tidak terkena imbas akibat pembatasan bahan bakar minyak bersubsidi. "Kalangan UKM kebanyakan menggunakan mobil terbuka dengan plat nomor hitam. Ini yang harus dicarikan jalan keluarnya bisa dengan pengalihan plat mobil jadi warna kuning. Atau mereka mendapatkan subsidi pertamax," katanya.

Disparitas harga antara bahan bakar premium subsidi dengan pertamax akan sangat jauh, karena bahan bakar nonsubsidi dipatok berdasarkan kenaikan harga bahan bakar dunia. "Apalagi produksi minyak nasional saat ini tidak mencapai target, sehingga ketergantungan terhadap bahan bakar dan harga dunia tidak bisa dilepaskan," katanya.

GUSTIDHA BUDIARTIE | ALWAN RIDHA RAMDANI

Advertising
Advertising

Berita terkait

Daya Beli Masih Lemah, Komisi VII DPR Minta Kaji Penghapusan BBM Premium

24 November 2020

Daya Beli Masih Lemah, Komisi VII DPR Minta Kaji Penghapusan BBM Premium

Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto mengingatkan agar pemerintah tidak menerapkan penghapusan bahan bakar minyak (BBM) jenis premium.

Baca Selengkapnya

Ini Akibatnya Jika Mobil Diisi Bensin dengan RON Rendah

30 September 2020

Ini Akibatnya Jika Mobil Diisi Bensin dengan RON Rendah

Hal paling sering dijumpai ketika mobil diisi dengan bahan bakar RON rendah (misalnya RON 88), mesin akan knocking atau mengelitik.

Baca Selengkapnya

Konsumsi BBM Turun 8 Persen Akibat Work From Home

26 Maret 2020

Konsumsi BBM Turun 8 Persen Akibat Work From Home

Pertamina mencatat terjadi penurunan konsumsi BBM terkait kebijakan work from home.

Baca Selengkapnya

Garda Revolusi Iran Bakal Bertindak Jika Demonstrasi Berlanjut

19 November 2019

Garda Revolusi Iran Bakal Bertindak Jika Demonstrasi Berlanjut

Warga Iran turun ke jalan memprotes kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak hingga 50 persen dan membatasi pembeliannya.

Baca Selengkapnya

Bos Baru Shell Siapkan Strategi Pengembangan Bisnis SPBU

25 September 2019

Bos Baru Shell Siapkan Strategi Pengembangan Bisnis SPBU

Shell, perusahaan energi Internasional resmi menunjuk Waqar Siddiqui sebagai Direktur Retail Shell Indonesia yang baru

Baca Selengkapnya

Bakamla RI Tangkap Empat Kapal Pengangkut BBM Ilegal

20 Agustus 2019

Bakamla RI Tangkap Empat Kapal Pengangkut BBM Ilegal

Dari pemeriksaan diketahui nakhoda bahwa kapal mendapatkan BBM sebanyak 300 ton dari kapal tanker di Palembang tanpa dokumen yang sah.

Baca Selengkapnya

Subsidi BBM Solar Tahun Ini Diprediksi Membengkak

27 Juni 2019

Subsidi BBM Solar Tahun Ini Diprediksi Membengkak

Realisasi konsumsi solar sampai dengan April 2019 telah mencapai sebesar 5,07 juta kl atau setara dengan 35 persen pagu.

Baca Selengkapnya

Harga Pertamax Naik, ESDM Yakin Konsumen Tak Beralih ke Premium

5 Juli 2018

Harga Pertamax Naik, ESDM Yakin Konsumen Tak Beralih ke Premium

Konsumen Pertamax diyakini tak akan balik lagi mengkonsumsi premium.

Baca Selengkapnya

Posko ESDM: Konsumsi BBM Bensin Naik 12 Persen saat Ramadan 2018

2 Juli 2018

Posko ESDM: Konsumsi BBM Bensin Naik 12 Persen saat Ramadan 2018

Sementara itu, BBM jenis gasoil (solar) terjadi penurunan pendistribusian.

Baca Selengkapnya

2018, AKR Bakal Bangun 7 Pompa Bensin di Wilayah 3T

10 November 2017

2018, AKR Bakal Bangun 7 Pompa Bensin di Wilayah 3T

Demi mendukung program BBM satu harga, AKR akan membangun 7 SPBKB di wilayah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T).

Baca Selengkapnya