Indeks Tankan Turun Untuk Pertama Kalinya Sejak Berakhirnya Krisis Keuangan

Reporter

Editor

Rabu, 15 Desember 2010 11:00 WIB

AP/Koji Sasahara
TEMPO Interaktif, Tokyo—Kepercayaan manufaktur besar Jepang turun untuk pertama kalinya sejak berakhirnya krisis keuangan tahun lalu karena terapresiasinya mata uang yen sehingga menggerus laba para eksportir dan pudarnya langkah stimulus pemerintah.

Indeks kwartalan produsen besar Jepang Tankan turun ke 5 di bulan Desember 2010 dibanding posisi September lalu 5, menurut data bank sentral Jepang (BoJ). Sedangkan untuk Maret 2011 diprediksikan -2, dan korporat juga memprediksikan penguatan yen sejak tahun 1996.

Perkiraan median dari 20 ekonom yang di survei Bloomberg memprediksikan indeks sentimen produsen besar Jepang turun menjadi 3, penurunan pertama kalinya sejak maraet 2009.

Dan indeks sentimen non-manukfur jgua turun menjadi 1 dari survei yang dilakukan pada bulan September lalu 2, namun, lebih tinggi dari perkiraan para analis yakni 0.

Laporan ini menambah kekhawatiran bahwa ekonomi Jepang mungkin akan mengalami kontraksi di kwartal keempat tahun ini, dan menuntun bank sentral Jepang untuk melakukan stimulus yang lebih besar. Data di bulan Oktober kemarin juga menunjukkan produksi indsutri juga turun sejak Februari 2009, dimana pertumbuhan ekspor justru diikuti dengan meningkatnya pengangguran.

“Ekonomi Jepang seperti jalan ditempat hingga akhir tahun fiskal Maret nanti,” kata Yuichi Kodama, ekonom dari Yasuda Insurance Co, perusahaan asuransi terbesar ketiga di Jepang. “Yang memberikan sinyal bagi BOJ untuk meredam apresiasi yen agar tidak menguat hingga ke 80 per dolar AS.

Indeks Nikkei 225 turun 18,82 poin (0,18 persen) ke level 10.297,95, dan nilai tukar yen juga melemah 0,235 poin (0,28 persen) menjadi 83,895 per dolar AS, hingga
Pukul 10:52 WIB.

Fumio Ohtsuda, presiden Panasonic Corp, produsen terbesar di sektor televisi plasma pekan mengatakan bahwa apresiasi yen membuat kami sulit bersaing dengan kompetitornya dari Korea seperti Samsung Electronic. Meskipun won juga menguat 1,1 persen terhadap dolar AS, namun melemah sekitar 9 persen terhadap yen.

“Seiring menguatnya saham – saham di bursa dan apresiasi yen, para produsen Jepang mengharapkan bank sentral Jepang untuk menyetujui langkah pelonggaran lebih lanjut pada pertemuan terakhirnya 20 – 21 Desember mendatang,” ujar Naoki, Iisuka, ekonom senior di Mizuho Securities Co., di Tokyo.

BLOOMBERG.COM/ VIVA B. K

Berita terkait

Sri Mulyani: Ekonomi Global hingga Akhir Tahun Masih Diliputi Ketidakpastian

15 Desember 2023

Sri Mulyani: Ekonomi Global hingga Akhir Tahun Masih Diliputi Ketidakpastian

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kondisi perekonomian global masih diliputi ketidakpastian sampai dengan akhir tahun ini.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Perekonomian Dunia Akan Terus Tertekan hingga 2023, Indonesia Resilient

21 Oktober 2022

Sri Mulyani: Perekonomian Dunia Akan Terus Tertekan hingga 2023, Indonesia Resilient

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia terus menurun.

Baca Selengkapnya

Ancaman Resesi Global 2023, Luhut: Kita Harus Kompak Hadapi Keadaan

28 September 2022

Ancaman Resesi Global 2023, Luhut: Kita Harus Kompak Hadapi Keadaan

Luhut Binsar Panjaitan meminta Indonesia harus kompak menghadapi ancaman resesi global 2023.

Baca Selengkapnya

Ekonomi Dunia Makin Tak Pasti, Pasar Saham Dinilai Paling Rentan

17 Februari 2020

Ekonomi Dunia Makin Tak Pasti, Pasar Saham Dinilai Paling Rentan

Pasar saham menjadi yang paling rentan terpengaruh oleh dinamika perekonomian global yang diliputi ketidakpastian sejak awal 2020.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Perekonomian Global Masih Konsisten Melemah

24 September 2019

Sri Mulyani Sebut Perekonomian Global Masih Konsisten Melemah

Sri Mulyani mengatakan data tersebut menyiratkan bahwa sektor pertambangan memang mengalami tekanan yang sangat dalam pada tahun ini.

Baca Selengkapnya

Core: Perekonomian Dunia Hingga Akhir 2019 akan Tumbuh Lambat

30 Juli 2019

Core: Perekonomian Dunia Hingga Akhir 2019 akan Tumbuh Lambat

Core menyatakan kondisi perekonomian dunia hingga akhir 2019 diperkirakan tumbuh lebih lambat dibanding 2018.

Baca Selengkapnya

IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi 3,3 Persen

10 April 2019

IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi 3,3 Persen

IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomiglobal 2019 sebanyak 0,2 persen dari angka dikeluarkan pada Januari lalu.

Baca Selengkapnya

Jokowi Cerita Saat Presiden Bank Dunia Tak Punya Saran untuk RI

27 Agustus 2018

Jokowi Cerita Saat Presiden Bank Dunia Tak Punya Saran untuk RI

Presiden Jokowi mengatakan Indonesia mesti mengandalkan kemampuannya sendiri agar aman dari dampak ketidakstabilan ekonomi dunia"Saya tanya langsung gimana kira-kira prospek pertumbuhan ekonomi maupun keadaan ekonomi global secara umum, apa saranmu kepada Indonesia? Dia ngomong tidak punya saran, semuanya sulit diprediksi. Ya artinya menurut saya internal kita sendiri yang harus diperbaiki," kata Jokowi saat menerima anggota Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, Senin, 27 Agustus 2018.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Ungkap 3 Tren yang Pengaruhi Perekonomian Dunia

17 Juli 2018

Sri Mulyani Ungkap 3 Tren yang Pengaruhi Perekonomian Dunia

Sri Mulyani menyatakan Indonesia siap menghadapi kondisi perekonomian global tersebut.

Baca Selengkapnya

Ketua IMF Ingatkan Suramnya Perekonomian Dunia 2019

12 Juni 2018

Ketua IMF Ingatkan Suramnya Perekonomian Dunia 2019

IMF memprediksi perekonomian dunia tahun depan hanya tumbuh 3,9 persen.

Baca Selengkapnya