Amerika Serikat di Ambang Resesi Kedua

Reporter

Editor

Rabu, 8 Desember 2010 06:15 WIB

AP/Henny Ray Abrams
TEMPO Interaktif, New York -Setahun lebih sejak resesi dinyatakan berakhir pada Juni 2009, pemulihan ekonomi Amerika Serikat dianggap masih labil. Dua pengelola dana besar khawatir ekonomi Amerika akan menghadapi ledakan baru tahun depan.

Kecemasan itu dipicu oleh fakta bahwa pertumbuhan ekonomi masih didorong oleh belanja pemerintah. Itu pun belum cukup untuk mengurangi angka pengangguran yang bulan lalu mencapai 9,8 persen.

Berbicara dalam Reuters 2011 Investment Outlook Summit, Senin lalu waktu setempat, John Taylor, CEO perusahaan pengelola dana, FX Concepts, bertaruh Amerika akan kembali diguncang resesi pada pertengahan 2011.

Taylor juga skeptis kebijakan bank sentral Amerika, The Federal Reserve (The Fed), yang mengguyur uang ke pasar dapat menggenjot pertumbuhan ekonomi.

Gail Fosler, presiden perusahaan penasihat keuangan, GailFosler Group LLC, mengatakan Amerika masih menghadapi risiko pemburukan ekonomi akibat tidak adanya momentum pertumbuhan.

Fosler memandang, proyeksi ekonomi 2011 masih suram. Tapi, pada pertengahan 2012, pertumbuhan akan membaik dan tingkat pengangguran akan turun.

Ia memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada 2011 sekitar 2,5 persen. Selain itu, Fosler masih optimistis untuk beberapa sektor. Misalkan perumahan, yang menjadi biang keladi resesi 2008, sudah mulai stabil.

Sebaliknya, para investor punya pandangan yang lebih cerah. Jim O'Neill, Ketua Goldman Sachs Asset Management, mengatakan Goldman telah menaikkan proyeksi ekonomi Amerika tahun depan.

"Perkiraan kami cukup bagus dalam lima tahun ke depan. Kami memang lebih optimistis ketimbang orang lain di Amerika," kata O'Neill.

Manajer perusahaan pengelola dana, Esplanade Capital LLC, Shawn Kravetz, mengatakan, dalam jangka pendek, industri retail akan membaik. Sedangkan dalam jangka panjang masih belum menentu.

"Tahun 2011 akan menjadi uji litmus," kata Kravetz. Tahun depan pertumbuhan pendapatan akan stagnan. Acuannya adalah pada November lalu, saat pendapatan per jam rata-rata hanya naik 1,6 persen dibanding pada November 2009.

Dalam wawancara dengan CBS, Ahad malam lalu waktu setempat, Gubernur The Fed Ben Bernanke mengatakan bank sentral akan membeli lebih dari US$ 600 miliar obligasi pemerintah jika ekonomi belum bergerak dan angka pengangguran tetap tinggi.

Bernanke juga membela kebijakan The Fed yang banyak mengundang kritik tersebut. Ia mengatakan, jika The Fed tidak mengintervensi pasar, tingkat pengangguran akan mencapai 25 persen.

"Butuh 4-5 tahun untuk menurunkan tingkat pengangguran ke level normal di kisaran 5-6 persen," ujarnya.
REUTERS | EFRI RITONGA





Berita terkait

Sri Mulyani: Ekonomi Global hingga Akhir Tahun Masih Diliputi Ketidakpastian

15 Desember 2023

Sri Mulyani: Ekonomi Global hingga Akhir Tahun Masih Diliputi Ketidakpastian

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kondisi perekonomian global masih diliputi ketidakpastian sampai dengan akhir tahun ini.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Perekonomian Dunia Akan Terus Tertekan hingga 2023, Indonesia Resilient

21 Oktober 2022

Sri Mulyani: Perekonomian Dunia Akan Terus Tertekan hingga 2023, Indonesia Resilient

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia terus menurun.

Baca Selengkapnya

Ancaman Resesi Global 2023, Luhut: Kita Harus Kompak Hadapi Keadaan

28 September 2022

Ancaman Resesi Global 2023, Luhut: Kita Harus Kompak Hadapi Keadaan

Luhut Binsar Panjaitan meminta Indonesia harus kompak menghadapi ancaman resesi global 2023.

Baca Selengkapnya

Ekonomi Dunia Makin Tak Pasti, Pasar Saham Dinilai Paling Rentan

17 Februari 2020

Ekonomi Dunia Makin Tak Pasti, Pasar Saham Dinilai Paling Rentan

Pasar saham menjadi yang paling rentan terpengaruh oleh dinamika perekonomian global yang diliputi ketidakpastian sejak awal 2020.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Perekonomian Global Masih Konsisten Melemah

24 September 2019

Sri Mulyani Sebut Perekonomian Global Masih Konsisten Melemah

Sri Mulyani mengatakan data tersebut menyiratkan bahwa sektor pertambangan memang mengalami tekanan yang sangat dalam pada tahun ini.

Baca Selengkapnya

Core: Perekonomian Dunia Hingga Akhir 2019 akan Tumbuh Lambat

30 Juli 2019

Core: Perekonomian Dunia Hingga Akhir 2019 akan Tumbuh Lambat

Core menyatakan kondisi perekonomian dunia hingga akhir 2019 diperkirakan tumbuh lebih lambat dibanding 2018.

Baca Selengkapnya

IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi 3,3 Persen

10 April 2019

IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi 3,3 Persen

IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomiglobal 2019 sebanyak 0,2 persen dari angka dikeluarkan pada Januari lalu.

Baca Selengkapnya

Jokowi Cerita Saat Presiden Bank Dunia Tak Punya Saran untuk RI

27 Agustus 2018

Jokowi Cerita Saat Presiden Bank Dunia Tak Punya Saran untuk RI

Presiden Jokowi mengatakan Indonesia mesti mengandalkan kemampuannya sendiri agar aman dari dampak ketidakstabilan ekonomi dunia"Saya tanya langsung gimana kira-kira prospek pertumbuhan ekonomi maupun keadaan ekonomi global secara umum, apa saranmu kepada Indonesia? Dia ngomong tidak punya saran, semuanya sulit diprediksi. Ya artinya menurut saya internal kita sendiri yang harus diperbaiki," kata Jokowi saat menerima anggota Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, Senin, 27 Agustus 2018.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Ungkap 3 Tren yang Pengaruhi Perekonomian Dunia

17 Juli 2018

Sri Mulyani Ungkap 3 Tren yang Pengaruhi Perekonomian Dunia

Sri Mulyani menyatakan Indonesia siap menghadapi kondisi perekonomian global tersebut.

Baca Selengkapnya

Ketua IMF Ingatkan Suramnya Perekonomian Dunia 2019

12 Juni 2018

Ketua IMF Ingatkan Suramnya Perekonomian Dunia 2019

IMF memprediksi perekonomian dunia tahun depan hanya tumbuh 3,9 persen.

Baca Selengkapnya