Ekspor Gula Merah ke Jepang Merosot 50 Persen

Reporter

Editor

Rabu, 3 November 2010 18:36 WIB

TEMPO Interaktif, KEDIRI - Eksportir gula merah di Kabupaten Kediri mengalami penurunan permintaan hingga 50 persen. Selain karena cuaca ekstrim yang menurunkan rendemen tebu, penyebab lainnya adalah membanjirnya produk lain ke negara tujuan.

Achmad Rubai, satu-satunya eksportir gula merah ke negeri Jepang mengaku mengalami penurunan permintaan yang cukup besar sejak enam bulan terakhir.

Sebelumnya dia mampu melakukan pengiriman sebanyak 244,8 ton dalam setengah tahun, kali ini hanya 122,4 ton. “Tiba-tiba saja permintaan mereka menurun,” kata Rubai kepada Tempo, Rabu (3/11).

Sejak tahun 1995, usaha pembuatan gula merah yang dilakukan Rubai di Desa Slumbung, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri, menjadi satu-satunya eksportir ke negara Jepang.

Berbeda dengan gula merah untuk pasar lokal, gula merah buatan Rubai berbentuk segi empat dengan berat 30 kilogram. Gula tersebut dikemas dalam karton dengan merek dagang Kokuta dan dipatok dengan harga Rp 7.000 per kilogram. Di negeri Sakura, gula tersebut diolah sebagai bahan pembuatan syrup, cuka, dan alkohol.

Selain Indonesia, produk serupa yang membanjiri pasar Jepang adalah Bolivia, Cina, Korea, Brazil, dan India. “Mereka juga berebut pasar yang sama hingga permintaan dari Indonesia menurun,” ujar Rubai.

Musim hujan yang berkepanjangan memicu rendahnya rendemen gula. Hal ini secara langsung berdampak pada kualitas gula yang diproduksi Rubai, menyusul turut melambungnya biaya produksi.

Salah satunya adalah tingginya ongkos pembakaran air tebu hingga lima kali lipat. Jika sebelumnya ongkos kayu bakar untuk memasak enam kwintal air Rp 10 ribu, saat ini meningkat hingga Rp 50 ribu. Tingginya kadar air tebu membutuhkan proses perebusan yang lama.

Akibat kondisi ini Rubai terpaksa melakukan sejumlah efisiensi dengan mengurangi tenaga kerja. Dari 24 orang, saat ini tinggal 16 orang. “Kami benar-benar membutuhkan bantuan pemerintah untuk menyelamatkan usaha ini,” ucapnya. HARI TRI WASONO.

Berita terkait

Kemenperin Jamin Pengetatan Impor Tidak Bebani Industri Manufaktur

11 hari lalu

Kemenperin Jamin Pengetatan Impor Tidak Bebani Industri Manufaktur

Aturan pengetatan impor dijamin tidak bebani industri manufaktur. Pelaku industri alas kaki menganggap aturan memperumit birokrasi dalam memperoleh bahan baku dari luar negeri.

Baca Selengkapnya

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

15 hari lalu

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

Turki memutuskan hubungan dagang dengan Israel seiring memburuknya situasi kemanusiaan di Palestina.

Baca Selengkapnya

Produk Indonesia di Mesir Raup Transaksi Potensial Rp 253 Miliar, Didominasi Biji Kopi

23 hari lalu

Produk Indonesia di Mesir Raup Transaksi Potensial Rp 253 Miliar, Didominasi Biji Kopi

Nilai transaksi potensial paviliun Indonesia di Cafex Expo 2024, Mesir, capai Rp 253 milir. Didominasi oleh produk biji kopi Indonesia.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

26 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

26 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

26 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

26 hari lalu

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 naik 16,40 persen dibanding Februari 2024. Namun anjlok 4 persen dibanding Maret 2023.

Baca Selengkapnya

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

26 hari lalu

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

Surplus perdagangan Indonesia pada Maret 2024 tembus US$ 4,47 miliar. Surplus 47 bulan berturut-turut.

Baca Selengkapnya

Indonesia-Tunisia Gelar Intersesi ke-6, Bahas Peningkatan Perdagangan Bilateral

27 hari lalu

Indonesia-Tunisia Gelar Intersesi ke-6, Bahas Peningkatan Perdagangan Bilateral

Delegasi Indonesia dan Tunisia membahas perjanjian perdagangan bilateral di Tangerang. Indonesia banyak mengekspor sawit dan mengimpor kurma.

Baca Selengkapnya

Kemendag Optimistis Perdagangan Indonesia Kejar Vietnam jika Sepakati IEU-CEPA

6 Maret 2024

Kemendag Optimistis Perdagangan Indonesia Kejar Vietnam jika Sepakati IEU-CEPA

Kementerian perdagangan sebut Indonesia bisa kalahkan Vietnam jika sudah melakukan kesepakatan perjanjian dagang dengan Uni Eropa (IEU-CEPA).

Baca Selengkapnya