Bank Sentral Didesak Naikkan BI Rate

Reporter

Editor

Selasa, 14 September 2010 08:51 WIB

Bank Indonesia. TEMPO/Dinul Mubarok
TEMPO Interaktif, Jakarta - Pengamat perbankan Aspirasi Indonesia Institute, Yanuar Rizky, menyatakan Bank Indonesia seharusnya menaikkan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) dari posisi saat ini sebesar 6,5 persen. "Naikkan BI Rate agar pengikut pemain-pemain di pasar uang berkurang," ujarnya kepada Tempo, Senin (13/9).

Cara ini, kata Yanuar, bertujuan agar lebih banyak dana yang disalurkan bank dalam bentuk kredit ketimbang ditempatkan di pasar uang. Selama ini, menurut dia, sejumlah bank banyak menghabiskan dananya di pasar uang. Hal ini terlihat dari besarnya pendapatan bank dari pasar uang dibanding dari dua sumber pendapatan lainnya, fee based income dan kredit.

Yanuar membeberkan, ada korelasi antara kenaikan suku bunga kredit dan kenaikan suku bunga pasar uang. Menurut dia, kenaikan suku bunga kredit bersaing dengan kenaikan suku bunga pasar uang. "Pola fluktuasi pasar uang kita elastis dengan pergerakan transaksi asing di saham," katanya.

Menurut dia, kebijakan BI soal aturan rasio kredit dan simpanan pihak ketiga (loan-to-deposit ratio/LDR) dan giro wajib minimum (GWM) primer sudah tepat. Ini berarti likuiditas akan tersedot ke BI, dan mengurangi aliran dana bank ke pasar uang.

Yanuar mengatakan, tren memainkan dana di pasar uang tak hanya terjadi di Indonesia. Tren ini juga sudah menjadi perhatian sejumlah bank sentral seluruh dunia, termasuk di Cina dan Amerika. "Cina sudah menaikkan GWM dan Amerika sudah menaikkan indeks insentifnya," katanya.

Bank Indonesia merilis kebijakan giro wajib minimum primer serta GWM atas rasio kredit dan simpanan pihak ketiga. GWM primer naik dari 5 persen ke 8 persen. Kenaikan GWM primer ini ternyata direspons pasar dengan sentimen kenaikan suku bunga kredit.

Sudah ada dua bank besar yang memberikan sinyal positif soal kenaikan suku bunga kredit, yakni PT Bank Mandiri TBK dan PT Bank Central Asia. "Ada kemungkinan menaikkan suku bunga kredit karena tidak semua bank siap," kata Direktur Manajemen Resiko Bank Mandiri Sentot A. Sentausa di Jakarta pekan lalu. Kebijakan bank sentral untuk mengendalikan inflasi itu memaksa bank menumbuhkan tingkat kredit. Tapi kebijakan itu berdampak pada kenaikan suku bunga pinjaman.

Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Riswinandi mengatakan pihaknya berencana mengurangi deposito dan menambah penyaluran kredit untuk mencapai batas minimal LDR. Kebijakan ini diharapkan bisa menaikkan kredit hingga 10 persen lebih dalam enam bulan ke depan. Saat ini LDR Bank Mandiri masih 66 persen dengan kredit tersalurkan Rp 218 triliun.

Selain Bank Mandiri, BCA berencana menaikkan tingkat suku bunga kredit sekitar 0,3 persen untuk merespons kebijakan bank sentral soal LDR. BCA juga tidak akan menaikkan kredit lebih dari 25 persen sehingga siap membayar denda. "Kami siap membayar denda," kata Wakil Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja.

FEBRIANA FIRDAUS

Berita terkait

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

1 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

2 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

2 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

2 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

2 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

2 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

2 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

3 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

3 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

3 hari lalu

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

Para pemohon termasuk perwakilan Ant Group sebagai pemilik aplikasi pembayaran Alipay bisa datang ke kantor BI untuk meminta pre-consultative meeting.

Baca Selengkapnya