Bea Cukai: Pemerintah Belum Tentukan Batasan Impor

Reporter

Editor

Selasa, 31 Agustus 2010 13:25 WIB

Pengrajin membuat alas kaki wanita di Cibaduyut Lama, Bandung, Selasa (19/1). 80% bahan baku bagi 800 pelaku industri alas kaki skala mikro disini diimpor dari Cina. 90% pelaku usaha ini tidak siap dengan perdagangan bebas Cina-ASEAN. TEMPO/Prima M

TEMPO Interaktif, Jakarta -Lonjakan impor barang konsumsi belum dianggap membahayakan bagi industri dalam negeri. "Sebab, pemerintah sendiri belum menentukan berapa besar batasan lonjakan impor yang harus disikapi," kata Direktur Informasi Kepabeanan dan Cukai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Susi Wijono, ketika dihubungi, Selasa (31/8).

Padahal seharusnya batasan itu sudah ditentukan sebelum ada data mengenai lonjakan impor. "Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan dan beberapa instansi terkait lainnya yang harus menentukan besaran batasan tersebut," ujarnya.

Jadi, kata Susi Wijono, jika dikatakan ada lonjakan impor kendaraan bermotor sebesar 299 persen, belum tentu harus melakukan penyikapan.

Impor barang konsumsi meningkat pada semester pertama 2010. Berdasarkan data dari Kementerian Perdagangan, pada semester satu 2010, impor mencapai US$ 4,652 miliar. Padahal, pada semester pertama tahun lalu, impor barang konsumsi hanya US$ 2,886 miliar.

Menteri Perdagangan, Mari Elka Pangestu mengatakan, pemerintah sudah memberlakukan sistem peringatan dini atau early warning system untuk mengetahui terjadinya lonjakan impor. Namun, kata dia, early warning system hanya sebagai alat untuk memberitahu angka-angka kinerja eskspor impor. Bukan berarti,dengan adanya lonjakan, harus ada sesuatu yang dilakukan pemerintah. Sebab, lonjakan impor bisa saja terjadi karena permintaan dalam negeri yang meningkat atau produksi dalam negeri yang menurun.

Dewan Penasehat Asosiasi Persepatuan indonesia, (Aprisindo), Djimanto juga membantah bahwa lonjakan impor karena peningkatan permintaan. "Permintaan alas kaki masih stabil yaitu sekitar Rp 25 triliun per tahun," ujarnya.

Djimanto lalu mengatakan, justru barang impor tersebut sedikit demi sedikit telah mengambil pasar dalam negeri. "Sebelumnya, porsi barang impor hanya 35 persen terhadap seluruh kebutuhan. Namun, sekarang, barang impor sudah memenuhi 40 persen dari keseluruhan permintaan alas kaki di dalam negeri," jelasnya.

Sebagai gambaran, impor alas kaki meningkat cukup tajam. Kenaikan impor alas kaki pada Januari-Mei 2010 mencapai US$ 42,538 juta. Jika dilihat dari nilai impor pada tahun sebelumnya, maka angka ini termasuk sangat besar. Sebab, pada periode Januari-Juni 2009, impor alas kaki baru mencapai US$ 28 juta.

Ketua umum Asosiasi Pengusaha indonesia (Apindo), Sofjan Wanandi mengatakan seharusnya ada tindakan yang bisa dilakukan pemerintah. "Salah satu tindakan yang bisa dilakukan untuk menyikapi lonjakan impor adalah penerapan surcharge (biaya tambahan) impor," kata Sofjan. Tindakan ini adalah alternatif yang bisa dilakukan selain pengenaan dumping dan safeguard.

Sebab, kata Sofjan, lonjakan impor sudah mengancam industri dalam negeri. "Industri itu tidak akan langsung mati. tapi, bisa mati secara bertahap," kata dia. Maka, kata dia, tindakan pencegahan harus segera dilakukan.

EKA UTAMI APRILIA

Berita terkait

Kemenperin Jamin Pengetatan Impor Tidak Bebani Industri Manufaktur

13 jam lalu

Kemenperin Jamin Pengetatan Impor Tidak Bebani Industri Manufaktur

Aturan pengetatan impor dijamin tidak bebani industri manufaktur. Pelaku industri alas kaki menganggap aturan memperumit birokrasi dalam memperoleh bahan baku dari luar negeri.

Baca Selengkapnya

2 Kali Bermasalah di Bea Cukai, Cakra Khan: Saya akan Bayar Pajak Kalau Masuk Akal

4 hari lalu

2 Kali Bermasalah di Bea Cukai, Cakra Khan: Saya akan Bayar Pajak Kalau Masuk Akal

Cakra Khan pernah mengalami masalah dengan pihak Bea Cukai. Dia membeli jaket Rp 6 juta, namun dikenakan denda sampai Rp 21 juta.

Baca Selengkapnya

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

4 hari lalu

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

Turki memutuskan hubungan dagang dengan Israel seiring memburuknya situasi kemanusiaan di Palestina.

Baca Selengkapnya

Produk Indonesia di Mesir Raup Transaksi Potensial Rp 253 Miliar, Didominasi Biji Kopi

12 hari lalu

Produk Indonesia di Mesir Raup Transaksi Potensial Rp 253 Miliar, Didominasi Biji Kopi

Nilai transaksi potensial paviliun Indonesia di Cafex Expo 2024, Mesir, capai Rp 253 milir. Didominasi oleh produk biji kopi Indonesia.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

15 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

15 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

15 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

15 hari lalu

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 naik 16,40 persen dibanding Februari 2024. Namun anjlok 4 persen dibanding Maret 2023.

Baca Selengkapnya

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

15 hari lalu

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

Surplus perdagangan Indonesia pada Maret 2024 tembus US$ 4,47 miliar. Surplus 47 bulan berturut-turut.

Baca Selengkapnya

Indonesia-Tunisia Gelar Intersesi ke-6, Bahas Peningkatan Perdagangan Bilateral

16 hari lalu

Indonesia-Tunisia Gelar Intersesi ke-6, Bahas Peningkatan Perdagangan Bilateral

Delegasi Indonesia dan Tunisia membahas perjanjian perdagangan bilateral di Tangerang. Indonesia banyak mengekspor sawit dan mengimpor kurma.

Baca Selengkapnya