Otoritas Moneter Diminta Waspadai Inflasi dan Likuiditas

Reporter

Editor

Selasa, 24 Agustus 2010 15:53 WIB

TEMPO/Dwi Narwoko

TEMPO Interaktif, Jakarta -Otoritas moneter diminta tak terlena dengan perkembangan pasar dan tetap menjaga kehati-hatian. "Waspadai inflasi dan likuiditas melimpah yang ada di pasar saat ini," kata Kepala Ekonom Bank Mandiri Mirza Adityaswara melalui pesan pendek hari ini (24/8).

Bank Indonesia diminta disiplin menjaga rasio pruden makro agar tak terjadi arus keluar modal asing. Sebab, saat ini terdapat banyak likuiditas di pasar. Kenyataannya dana berlimpah tersebut merupakan likuiditas semu yang sebagian besar berasal dari hot money.

"Dana hot money bukan dana permanen, jika pasar tak pruden mereka akan keluar," kata Mirza di kantornya kemarin. Apalagi, jika perekonomian Amerika dan Eropa kembali pulih.

Menurut Mirza, BI juga tak perlu khawatir dengan pertumbuhan kredit yang dinilai cukup tinggi. "Tanpa diatur kredit akan mencapai 23-24 persen dengan sendirinya," ujar dia. Pertumbuhan kredit yang terlalu tinggi justru akan meningkatkan rasio kredit bermasalah.

Pengaturan rasio LDR dan GWM tak perlu dilakukan demi mendorong pertumbuhan kredit. BI rencananya akan mematok LDR ideal sebesar 78 hingga 102 persen. Menurut Mirza, bukan LDR yang harus digenjot, melainkan pembangunan infrastruktur agar distribusi barang membaik dan menurunkan inflasi.

Tingkat LDR yang aman menurutnya adalah sebesar 85 hingga 90 persen. LDR lebih dari 90 persen dinilai akan berbahaya bagi likuiditas bank. Sebab, saat ini perbankan lebih banyak menggunakan dana jangka pendek sebagai pilihan pendanaannya.

LDR sebesar 90 persen aman, sebab penyaluran dana masih lebih rendah dibandingkan dana yang dimiliki. Jika kredit lebih tinggi dari dana yang dimiliki bank, risiko likuiditas akan lebih tinggi. Sebab, bank tak memiliki dana likuid yang cukup untuk mengakomodasi penarikan uang oleh nasabah.

"Jangan sampai menggenjot kredit tapi mengorbankan prudensialitas dan neraca perbankan," kata dia. Kondisi ini dikhawatirkan akan mengembalikan Indonesia pada masa seperti tahun 1996 yang tak pruden.

FAMEGA

Berita terkait

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

10 jam lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

1 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

2 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

3 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

3 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

3 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

3 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

3 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

3 hari lalu

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

Para pemohon termasuk perwakilan Ant Group sebagai pemilik aplikasi pembayaran Alipay bisa datang ke kantor BI untuk meminta pre-consultative meeting.

Baca Selengkapnya

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

3 hari lalu

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

Rupiah bergerak stabil seiring pasar respons positif kenaikan BI Rate.

Baca Selengkapnya