TEMPO Interaktif, Jakarta -Ekonomi INDEF, Aviliani, menilai beberapa besaran ekonomi untuk Anggaran Pendapatan da Belanja Negara (APBN) 2011 yang disebutkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hari ini di Sidang Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sudah sesuai harapan.
Namun pemmerintah harus memperhatikan laju inflasi yang diperkirakan melebihi proyeksi.
"Indonesia harus bisa memacu pertumbuhan 6,5 hingga 7 persen dalam tiga tahun ini (2010-2012)," ujar, Aviliani.
Menurut dia, angka pertumbuhan ekonomi sebesar 6,3 persen yang dibacakan Presiden di depan Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sore ini dinilai normal. "Relatif bisa dicapai, tidak terlalu agresif," kata dia.
Suku bunga Bank Indonesia (SBI) yang dipatok pada angka 6,5 persen, kata dia, relatif bagus. Dia berharap pemerintah mematok angka ini sebagai nilai maksimal. "Jangan dinaikkan lagi karena sudah tinggi sekali," kata dia.
Demikian halnya dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang dipatok pada angka 9,300 yang dia anggap sudah wajar. Dengan angka sebesar itu, kata dia, arus dana yang mengalir dari dunia internasional ke Indonesia akan tinggi. "Diharapkan aliran dana ini akan terus membaik."
Sayangnya, Aviliani mengkhawatirkan laju inflasi yang ditargetkan sebesar 5,3 persen. Menurut dia, selama Indonesia masih belum memiliki ketahanan pangan dan energi, maka nilai inflasi tahun depan bisa jadi lebih tinggi dari yang disebut pemerintah. "Inflasi bisa lebih tinggi (dari target)."
Data Badan Pusat Statistik sendiri menyebutkan tingginya angka inflasi akhir-akhir ini sebagian besar disebabkan oleh meningkatnya harga pangan. Sementara untuk memenuhi kebutuhan akan pangan, kata Aviliani, Indonesia masih banyak mendatangkan komoditas dari luar negeri. "Indonesia masih bergantung pada impor. Kelangkaan pangan pada 2011 masih mungkin terjadi," ujar dia.
Di sektor energi, lanjut dia, peralihan bahan bakar dari minyak tanah ke elpiji masih terkendala berbagai hal teknis. Belum lagi Indonesia belum bisa menghasilkan elpiji secara mandiri. Selama ini Indonesia baru bisa menghasilkan Liquid Natural Gas (LNG), bukan elpiji."Kebutuhan elpiji masih meningkat tetapi ketergantungan tinggi."
Faktor lain yang dianggap bisa mempengaruhi laju inflasi pada 2011 adalah masalah distribusi yang belum capai titik perbaikan. Hingga sekarang, distribusi di Indonesia masih terkendala infrastruktur. "Baru Jawa dan Sumatera yang memiliki infrastruktur memadai."
Atas pertimbangan itu, Aviliani memperkirakan laju inflasi tahun depan akan berkisar pada 6-6,5 persen.Kentalnya permasalahan infrastruktur di Indonesia, kata dia, harus segera diselesaikan. Aviliani melirik dana dari dunia internasional yang mengalir deras ke Indonesia sepanjang tahun 2010.
Menurut dia, pemerintah harus bisa memanfaatkan aliran dana tersebut untuk memacu pembangunan infrastruktur di Indonesia. Berkaca dari pencapaian tahun 2010, pemerintah masih lamban dalam menyerap APBN untuk kepentingan belanja modal termasuk infrastruktur. "Butuh effort besar. Jangan sampai akhirnya jadi bubble economy saja."
ANTON WILLIAM