TEMPO Interaktif, Jakarta - Badan Pusat Statistik melaporkan inflasi selama Oktober 2009 mencapai 0,19 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 116,68. Adapun laju inflasi sepuluh bulan tahun ini mencapai 2,48 persen, dan laju inflasi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 2,57 persen.
"Sepertinya inflasi tahun ini akan berada di bawah target 4,5 persen, selama tak ada hal-hal yang luar biasa," kata Kepala Badan Pusat Statistik, Rusman Heriawan, di kantornya, hari ini.
Secara lengkap, komponen inti pada Oktober 2009 mengalami inflasi 0,20 persen. Laju inflasi komponen inti tahun kalender 2009 mencapai 3,67 persen, sedangkan jika dibandingkan Oktober 2008 laju inflasi komponen inti sebesar 4,52 persen.
Rusman mengatakan, tak semua kota mengalami kenaikan harga. Dari 66 kota yang disurvei, sebanyak 45 kota mengalami inflasi. Sisanya justru mengalami deflasi.
Kota Padang menjadi penyumbang inflasi nasional terbesar, yakni sebesar 1,78 persen dengan IHK 119,82. Dia mensinyalir tingginya inflasi di Padang merupakan dampak dari gempa di perairan barat Sumatera Barat beberapa waktu lalu.
"SeteLah gempa harga di sana memang meroket," ujarnya.
Secara kelompok pengeluaran, hampir seluruh kelompok menunjukkan kenaikan harga. Inflasi Oktober 2009 yang tertinggi terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau yang mencapai 0,70 persen. Posisinya diikuti kelompok sandang 0,37 persen; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga 0,34 persen; kelompok bahan makanan 0,28 persen; perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,24 persen; dan kesehatan 0,20 persen.
Namun, kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan justru mengalami penurunan harga atau deflasi sebesar 0,71 persen. "Ini karena usai puasa dan Lebaran tarif angkutan tak ada lagi kenaikan tarif," kata Rusman.
Jika ditinjau lebih dalam, harga yang dikendalikan pemerintah justru mengalami deflasi 0,10 persen. Bahkan sejak awal tahun, kelompok barang dan jasa ini mengalami deflasi 4,02 persen.
Menurut dia, rendahnya inflasi sepanjang tahun ini cukup menunjukkan pengelolaan pemerintah lewat barang-barang yang harganya dikendalikan (administrated price) cukup baik. Demikian pula kebijakan moneter Bank Indonesia dalam menjaga inflasi inti.
Pada sisi lain, rendahnya inflasi dinilainya bukan sebagai dampak melemahnya daya beli masyarakat melainkan lebih disebabkan kondisi pasokan barang dan jasa yang memadai.
"Terutama pasokan beras, peran beras pada inflasi inti cukup besar," ujarnya.
Namun, dia megingatkan, rendahnya inflasi itu akan terjaga selama tak ada kebijakan-kebijakan pemerintah yang bakal mengguncang daya beli masyarakat. Salah satu yang paling mengkhawatirkan adalah jika pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak maupun tarif dasar listrik.
"Itu dampaknya akan sangat besar," kata Rusman.
AGOENG WIJAYA | MUH SYAIFULLAH