Purbaya: Permintaan BI Bisa Ganggu Mekanisme Pasar

Reporter

Editor

Rabu, 26 Agustus 2009 16:22 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Perbankan diperkirakan tetap tidak akan menurunkan suku bunga deposito dan bunga pinjaman. Menurut Kepala Danareksa Research Institute, Purbaya Yudhi Sadewa, bank tidak mau menurunkan suku bunga karena khawatir margin akan berkurang.

Karena itu, Purbaya menilai, permintaan Bank Indonesia ke 14 bank nasional dan asing pada Kamis pekan lalu akan percuma saja. “Permintaan itu malah bisa mengganggu mekanisme pasar,” kata Purbaya kepada Tempo di Jakarta sore ini.

Menurut dia, yang perlu dilakukan BI saat ini justru adalah mengurangi outstanding dana-dana bank yang sekarang tersangkut di Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

“Dalam lelang SBI, BI seharusnya tidak perlu menyerap semuanya sehingga ada uang yang masuk ke dalam sistem finansial,” ujarnya.

Dia menambahkan, jika bank sentral sedikit demi sedikit mengurangi penyerapan hasil lelang SBI dan dananya kembali ke perbankan, bank juga tidak akan mau lama-lama menyimpan uang di brankas mereka. Akhirnya, mau tidak mau bank akan menyalurkan dana itu dengan memberikan kredit lagi.

Menurut Purbaya, bunga memang tidak bisa turun karena jumlah uang yang ada di sistem finansial relatif kurang, sementara permintaan kredit cenderung naik karena aktivitas perekonomian nasional cenderung naik. Apalagi, laju pertumbuhan base money (MO) saat ini masih negatif.

“Jadi, BI tidak perlu memaksa-maksa bank harus menurunkan suku bunga deposito atau pinjaman, mekanisme ini akan berjalan dengan sendirinya jika BI mulai mengurangi penyerapan dana dari lelang SBI itu,” katanya. “Kebijakan BI memaksa bank menurunkan suku bunga malah aneh. Saya jadi bingung kenapa BI mengeluarkan kebijakan itu.”

Sebaliknya, Purbaya juga menilai, perbankan hanya mencari kambing hitam dengan mengatakan mereka tidak mau menurunkan suku bunga, karena suku bunga Surat Utang Negara masih tinggi. Bank khawatir kalau mereka menurunkan suku bunga, nasabah akan lari ke Surat Utang Negara.

“Jumlah SUN yang diterbitkan terlalu kecil untuk mempengaruhi bunga di sistem perbankan kita,” kata Purbaya.

Selain jumlah yang diterbitkan kecil, dia melanjutkan, jika pemerintah menerbitkan surat utang nantinya juga akan dibelanjakan lagi sehingga tidak masalah.

GRACE S GANDHI

Berita terkait

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

1 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

2 hari lalu

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

PT Bank Negara Indonesia atau BNI bersiap menghadapi perkembangan geopolitik global, nilai tukar, tekanan inflasi, serta suku bunga.

Baca Selengkapnya

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

2 hari lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

2 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

5 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

6 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

6 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

6 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

6 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Kontroversi 1 Juta Hektare Padi Cina di Kalimantan, Deretan Alasan BI Naikkan Suku Bunga

7 hari lalu

Terpopuler: Kontroversi 1 Juta Hektare Padi Cina di Kalimantan, Deretan Alasan BI Naikkan Suku Bunga

Berita terpopuler bisnis pada 24 April 2024, dimulai rencana Cina memberikan teknologi padi untuk sejuta hektare lahan sawah di Kalimantan.

Baca Selengkapnya