TEMPO Interaktif, Jakarta: Bank Indonesia (BI) menilai kenaikan kredit bermasalah atau NPL (Non Performance Loan) didorong pertumbuhan kredit yang melambat. Sebab, pertumbuhan kredit yang datar di tengah pertumbuhan ekonomi yang menurun membuat faktor pembagi menjadi turun.
"Kenaikan NPL (Non Performance Loan) sudah diprediksi dari awal tahun, yang dapat mencapai lima persen," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Muliaman Hadad di Jakarta, Rabu (6/5).
Dia menjelaskan, bank sentral masih optimis dengan pertumbuhan kredit sebesar 15,6 persen pada 2009 karena geliat ekonomi akan terjadi pada pertengahan tahun. Asumsinya, lanjut dia, terjadi penguatan indeks pasar modal, rupiah, dan kenaikan ekspor. Perbankan pun belum mengubah rencana bisnis 2009.
Menurut Muliaman, BI juga belum mengkaji relaksasi kepada perbankan untuk mengurangi NPL. Data Bank Indonesia menunjukkan bahwa angka kredit bermasalah (Gross) per Maret 2009 berada di level 4,5 persen, lebih tinggi dibandingkan 2008 yang berada di level 3,8 persen. Sementara NPL (Nett) di 2009 sebesar 1,9 persen.
EKO NOPIANSYAH
"Kenaikan NPL (Non Performance Loan) sudah diprediksi dari awal tahun, yang dapat mencapai lima persen," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Muliaman Hadad di Jakarta, Rabu (6/5).
Dia menjelaskan, bank sentral masih optimis dengan pertumbuhan kredit sebesar 15,6 persen pada 2009 karena geliat ekonomi akan terjadi pada pertengahan tahun. Asumsinya, lanjut dia, terjadi penguatan indeks pasar modal, rupiah, dan kenaikan ekspor. Perbankan pun belum mengubah rencana bisnis 2009.
Menurut Muliaman, BI juga belum mengkaji relaksasi kepada perbankan untuk mengurangi NPL. Data Bank Indonesia menunjukkan bahwa angka kredit bermasalah (Gross) per Maret 2009 berada di level 4,5 persen, lebih tinggi dibandingkan 2008 yang berada di level 3,8 persen. Sementara NPL (Nett) di 2009 sebesar 1,9 persen.
EKO NOPIANSYAH
