TEMPO Interaktif, Jakarta: Data Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai peningkatan daya beli masyarakat dipertanyakan oleh ahli ekonomi. Senin (2/2), BPS mengumumkan deflasi 0,07 persen namun daya beli masyarakat justru naik.
Direktur Pelaksana Econit Advisory Group Hendri Saparini mengatakan pemerintah harus menjelaskan daya beli masyarakat yang tak tergerus akibat krisis finansial global. "Resiko ekonomi ini bisa menimbulkan data kebijakan yang salah sehingga harus diluruskan," ujar dia dalam diskusi "Economic Outlook" di Jakarta, Rabu (4/2).
Dia berpendapat dengan kondisi harga komoditas dalam negeri saat ini tidak benar jika ekonomi Indonesia hanya dipengaruhi faktor eksternal. "Ada sesuatu yang tidak dikerjakan dengan baik oleh pemerintah," kata Hendri.
Dia mencontohkan, harga minyak goreng tak kunjung turun walau harga minyak sawit mentah di pasar dunia telah turun. Begitu juga dengan harga beras dalam negeri yang tak turun meski harga internasional turun. Hendri berpendapat dengan penurunan harga minyak sawit, seharusnya pemerintah tak perlu memberikan stimulus minyak goreng.
BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen
5 hari lalu
BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen
Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.