Tahun Ini Rupiah Diprediksi Masih Akan Tertekan

Reporter

Editor

Sabtu, 10 Januari 2009 08:42 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Dampak perlambatan pertumbuhan ekonomi global terhadap perekonomian domestik semakin terasa pada kuartal keempat 2008. Kelesuan ini diperkirakan masih akan berlanjut hingga 2009. Nasib nilai tukar uang rupiah di 2009 pun akan sangat tergantung pada pergulatan yang terjadi di pasar komoditas dan pasar keuangan global.

BI pun mengeluarkan kebijakan yang membatasi transaksi valuta asing untuk mengurangi spekulasi. Kebijakan itu sudah diterapkan pada 1 Desember 2008 lalu dimana setiap transaksi yang menggunakan valuta asing terutama dolar Amerika Serikat lebih dari US$ 100 ribu dalam satu bulan harus disertakan underlying transaction.

Langkah tersebut, diakui pengamat pasar uang Farial Anwar, memberikan pengaruh positif terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. "Kebijakan baru BI telah membatasi fluktuasi rupiah terhadap dolar dan memangkas transaksi rata-rata harian dolar menjadi US$ 200 juta dari sebelumnya di kisaran US$ 1,5-2 miliar per hari," kata Farial.

Peluang penguatan rupiah pun menjadi sangat bagus. Namun, lanjut dia, peluang tersebut akan berhadapan langsung dengan rencana penerbitan surat utang AS sekitar US$ 600-700 miliar. Farial menjelaskan, akibat dari program bail-out US$ 700 miliar ditambah rencana bail-out tambahan US$ 800 miliar, pemerintah AS membutuhkan pendanaan skala besar.

Rencana itu akan diperoleh dengan menerbitkan surat utang Amerika Serikat. Meskipun nilai surat utang tersebut masih belum dapat dipastikan, namun Farial menekankan bahwa penerbitan surat utang itu akan menyerap dolar Amerika Serikat dari seluruh dunia ke negara asalnya. "Rupiah punya peluang menguat dengan penurunan harga minyak. Di sisi lain, rupiah bisa melemah tajam," ujar dia.

Advertising
Advertising

Sementara itu BI mengemukakan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sepanjang 2008 lalu rata-rata melemah 5,4 persen akibat krisis yang terjadi di pasar keuangan global. Gejolak keuangan global tersebut mengakibatkan terjadi peningkatan tekanan pada perekonomian Indonesia.

Di pasar keuangan, kondisi likuiditas keuangan global ketat dan pada waktu bersamaan persepsi risiko terhadap negara emerging markets meningkat, sehingga membuat Indeks Harga Saham Gabungan dan harga Surat Utang Negara anjlok. "Nilai tukar juga melemah secara tajam sejak awal kuartal empat 2008," ujar Boediono dalam laporan kebijakan moneter BI yang di publikasikan di Jakarta, Sabtu (10/1).

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mencatat defisit pada tahun 2008. Neraca transaksi berjalan (current account) mulai mencatat defisit pada kuartal kedua 2008. Defisit tersebut lebih disebabkan oleh tingginya kegiatan impor yang didorong oleh kuatnya permintaan domestik.

BI mencatat neraca transaksi modal dan finansial, khususnya investasi portofolio, masih mencatat surplus. Neraca transaksi modal yang surplus tersebut didukung oleh penerbitan global bond serta aliran masuk modal asing, terutama ke pasar SUN, yang meningkat signifikan pada kuartal kedua 2008. Memasuki semester kedua, kinerja NPI semakin tertekan. Di sisi transaksi berjalan, ekspor mulai menunjukkan pelemahan akibat penurunan harga komoditas. Sementara itu, di sisi neraca transaksi modal dan finansial, minat investor terhadap aset di pasar keuangan domestik telah menurun.

Derasnya aliran keluar modal asing, khususnya di pasar SUN dan SBI, menyebabkan investasi portofolio mencatat defisit sejak kuartal ketiga 2008, dan semakin meningkat pada kuartal keempat 2008. Defisit baik pada neraca transaksi berjalan, maupun neraca transaksi modal dan finansial, pada gilirannya menyebabkan lonjakan defisit pada NPI di kuartal akhir 2008. Secara keseluruhan tahun NPI diprakirakan akan mencatat defisit sebesar US$ 2,2 miliar. Sementara itu, cadangan devisa pada akhir Desember 2008 tercatat sebesar US$ 51,6 miliar. Jumlah cadangan devisa tersebut setara dengan 4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Eko Nopiansyah

Berita terkait

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

1 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

1 hari lalu

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

PT Bank Negara Indonesia atau BNI bersiap menghadapi perkembangan geopolitik global, nilai tukar, tekanan inflasi, serta suku bunga.

Baca Selengkapnya

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

2 hari lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

2 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

5 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

5 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

5 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

6 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

6 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Kontroversi 1 Juta Hektare Padi Cina di Kalimantan, Deretan Alasan BI Naikkan Suku Bunga

7 hari lalu

Terpopuler: Kontroversi 1 Juta Hektare Padi Cina di Kalimantan, Deretan Alasan BI Naikkan Suku Bunga

Berita terpopuler bisnis pada 24 April 2024, dimulai rencana Cina memberikan teknologi padi untuk sejuta hektare lahan sawah di Kalimantan.

Baca Selengkapnya