Bank Sentral Selandia Baru Turunkan Suku Bunga

Reporter

Editor

Kamis, 4 Desember 2008 09:53 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta : Bank sentral Selandia Baru menurunkan suku bunga sebesar 1,5 basis poin menjadi 5 persen. Ini merupakan angka penurunan terbesar sepanjang sejarah.

Bahkan bank sentral di negara ini memberikan sinyal masih akan melakukan penurunan suku bunga untuk mengantisipasi resesi ekonomi terburuk selama 18 tahun terakhir.

Menurut Gubernur Reserve Bank Alan Bollard, sejak Juli telah menurunkan patokan suku bunga sebesar 3,25 basis poin untuk memulihkan Selandia Baru dari resesi ekonomi yang sudah dimulai sejak kuartal pertama tahun ini.

“Keputusan kebijakan moneter hari ini adalah melakukan ekspansi,” kata Bollard. “Penurunan suku bunga secara signifikan ini akan sangat membantu (memulihkan perekonomian).”

Ekonom JPMorgan Chase & Co. Helen Kevans di Sidney mengatakan, berdasarkan data ekonomi selama beberapa pekan terakhir, ekonomi Selandia mengalami resesi yang sangat dalam. “Banyak yang harus dilakukan Reserve Bank,” katanya.

Reserve Bank memproyeksikan akan menurunkan yields (imbal hasil) bank-bill berjangka waktu tiga bulan. Ini memberi sinyal Bollard akan kembali menurunkan patokan suku bunga awal tahun depan. Para ekonom memperkirakan patokan suku bunga bank akan turun menjadi 4,5 persen di akhir kuartal pertama.

Advertising
Advertising

Dewan Gubernur Bank Indonesia siang ini juga akan memutuskan apakah akan menurunkan atau menaikan patokan suku bunga BI Rate. Pada rapat Dewan Gubernur BI bulan lalu, BI Rate diputuskan tetap 9,5 persen.

Para ekonom Indonesia memperkirakan kali BI akan menurunkan BI Rate. Menurut ekonom senior PT Bank Negara Indonesia Tbk. Ryan Kiryanto, rendahnya inflasi November memberi kesempatan bagi Bank Indonesia untuk menurunkan BI Rate.

“Bisa juga BI Rate bertahan di level 9,5 persen, tapi akan sangat dihargai jika berani menurunkan 25 basis poin menjadi 9,25 persen,” kata Ryan kepada Tempo.

Selain angka inflasi aang melandai, ancaman inflasi ke depan juga semakin berkurang. Apalagi, Aliran modal yang masuk ke dalam negeri juga diperkirakan meningkat, karena diperkirakan ada pengalihan dana dari India, Thailand, Malaysia, dan Filipina yang kondisi domestiknya kurang baik.

Direktur PT Mandiri Sekuritas Mirza Adityaswara berpendapat senada. Menurut dia, penurunan angka inflasi dan impor bulanan memberi ruang penurunan BI Rate bulan ini. Penurunan Atau penurunan BI Rate juga bisa dilakukan pada Januari 2009.

Grace S. Gandhi | Bloomberg

Berita terkait

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

1 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

1 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

3 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

3 hari lalu

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

PT Bank Negara Indonesia atau BNI bersiap menghadapi perkembangan geopolitik global, nilai tukar, tekanan inflasi, serta suku bunga.

Baca Selengkapnya

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

4 hari lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

4 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

7 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

8 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

8 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

8 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya