TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina (Persero) mengajukan izin ekspor solar untuk mengantisipasi kelebihan pasokan solar. Izin ekspor sudah diajukan sejak bulan lalu. Direktur Pemasaran Pertamina Muchamad Iskandar mengatakan stok solar kini sudah mencapai 26 hari dengan volume 70 ribu kiloliter per hari. Menurut dia, stok selama 19 hari sebenarnya sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Namun produksi diperkirakan terus bertambah hingga memenuhi kapasitas maksimal, yaitu 30 hari.
Perseroan khawatir kapasitas akan berlebih sehingga mengajukan izin ekspor. "Kalau suatu saat kilang kelebihan pasokan, stoknya cepat dijual," katanya di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu, 6 September 2017. Iskandar mengatakan pasokan solar yang tidak cepat diserap bisa mengganggu produksi.
Simak: Pertamina EP Persiapkan Pengeboran Lepas Pantai
Solar tersebut nantinya akan dilelang. Ihwal harga, Iskandar mengatakan, nilainya tak jauh beda dengan harga dalam negeri. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Ego Syahrial membenarkan rencana ekspor tersebut. Namun pihaknya mengajukan persyaratan sebelum memberikan izin ekspor. "Policy-nya akan ditawarkan dulu ke dalam negeri, tidak akan se-gegabah itu. Kebutuhan domestik harus terpenuhi dulu," ujarnya.
Ego mengatakan selama ini belum pernah terjadi kelebihan pasokan. Namun, jika pasokan berlebih, Pertamina harus memastikan kebutuhan masyarakat dan industri dalam negeri terpenuhi.
Pertamina kemudian harus menawarkan solarnya kepada perusahaan pemegang izin usaha niaga bahan bakar minyak, seperti Shell dan Total. Jika tak ada pembeli dari dalam negeri, Pertamina baru diizinkan mengekspor solar.
VINDRY FLORENTIN