TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan pergerakan nilai tukar rupiah sepanjang 2017 relatif stabil. Kondisi tersebut diperkirakan berlanjut hingga tahun depan.
Agus Marto mengatakan, rupiah mengalami apresiasi terhadap dolar Amerika sebesar 0,97 persen year to date atau mencapai Rp 13.343 per dolar Amerika pada 4 September 2017. "Nilai tukar rupiah tersebut bergerak cukup stabil didukung oleh aliran dana masuk yang tetap kuat," kata dia di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa, 5 September 2017.
Dana tersebut, kata Agus Marto, masuk seiring dengan persepsi positif terhadap kondisi makro ekonomi Indonesia. Faktor lainnya adalah prospek imbal hasil yang dinilai baik serta tingginya valas korporasi di pasar valas domestik.
Bank Indonesia memperkirakan rata-rata nilai tukar pada 2017 akan berada pada kisaran Rp 13.300-13.600 per dolar Amerika. Sementara pada 2018 rupiah diprediksi bergerak stabil dengan sedikit tekanan depresiasi pada Rp 13.400-13.700 per dolar Amerika. "Sejalan dengan kebijakan suku bunga Amerika yang diperkirakan akan meningkat," ucap Agus Marto.
Menurut Agus Marto, pergerakan nilai tukar rupiah yang stabil akan didukung oleh keseimbangan neraca pembayaran yang terjaga dan pasar valas domestik yang semakin dalam. Dari sisi eksternal, neraca pembayaran Indonesia menunjukkan surplus dengan defisit neraca transaksi berjalan yang terjaga. Pada triwulan II 2017, neraca pembayaran Indonesia surplus sebesar US$ 0,7 miliar ditopang surplus transaksi modal dan finansial melebihi defisit transaksi berjalan.
Defisit transaksi berjalan pada periode tersebut tercatat sebesar 1,96 persen dari PDB. Menurunnya surplus neraca perdagangan non migas serta meningkatnya defisit neraca jasa dan pendapatan primer menjadi penyebabnya.
Agus Marto mengatakan penurunan surplus neraca perdagangan non migas disebabkan oleh turunnya ekspor non migas. Di sisi lain, impor non migas baik bahan baku maupun barang konsumsi untuk memenuhi permintaan domestik selama bulan puasa dan lebaran terhitung tinggi.
Adapun kinerja neraca pembayaran Indonesia diperkirakan akan tetap mencatat surplus untuk keseluruhan 2017 dan 2018. Defisit transaksi berjalan diperkirakan terjaga dalam batas aman di bawah 3 persen terhadap PDB yaitu di kisaran 1,5-2 persen pada 2017 dan kisaran 2-2,5 persen pada 2018.
VINDRY FLORENTIN