TEMPO.CO, Jakarta - Pesawat N219 rancangan bersama PT Dirgantara Indonesia dan Lapan take-off pukul 09.13 WIB di Bandara Husein Sastranegara. Chief Engineering Program Pesawat N219 PT Dirgantara Indonesia, Palmana Banandhi memuji pesawat yang berwarna dominan putih itu. “Pesawat ini punya gaya angkat bagus sekali,” kata Palmana , Kamis 16 Agustus 2017.
Dia mengatakan, awalnya PT DI berencana bisa menguji terbang pertama pesawat itu pada 10 Agustus 2017 lalu, tapi rencana itu batal karena pengujian final untuk mendapat lampu hijau terbang perdana itu baru bisa dilakukan Jumat, 11 Agustus 2017 lalu. Pesawat purwarupa itu menjalani uji high speed taxing dan hoping. “Ini critical,” kata dia.
Simak: Menristekdikti: Produksi Pesawat N-219 Jadi Target 2017
High speed taxing itu menguji kecepatan pesawat untuk mencapai kecepatan sebelum mengudara. Dan tes hooping yang paling sulit, butuh kehandalan pilot karena mencoba mengankat badan pesawat hanya setingi 2-3 meter dan langsung kembali ke darat. Palmana mengatakan, pesawat purwarupa N219 itu hooping sampai setinggi 4 meter. “Dengan hooping itu, pilot confident untuk menerbangkan N219 hari ini,” kata dia.
Palmana mengatakan, dalam uji terbang itu, daerah seputaran landasan di booking. Pengelola bandara Husein Sastranegara mengeluarkan Notam(Notice to Airmen) selama satu jam sejak pukul 09.00 WIB hingga 10.00 WIB, selama satu jam itu wilayah diseputaran bandara dikosongkan dari penerbangan dan pendaratan pesawat.
Pesawat CN235 milik TNI AU mendarat paling akhir di Bandara Husein sebelum selama satu jam wilayah udara di atas Bandung kosong untuk pengujian pesawat itu. Dalam pengujian terbang perdana itu, pesawat purwarupa N219 tidak sendirian. Dia ditemani pesawat single engine Kodiak pesawat ’chaser’, yang menjadi pemandu dan pengawas pengujian itu langsung dari udara.
Palmana mengatakan, sejumlah sensor dipasang di sekujur pesawat purwarupa. Selama penerbangan berlangsung, ada 110 parameter yang direkam dan datanya langsung dikirim ke Mision Control Tower yang berada di dalam gedung tinggi di kompleks PT DI. Sekitar 30 engineer memantau rekaman data yang dikirimkan real-time dari pesawat itu.
Kepala Program N219 PT Dirgantara Indonesia, Budi Sampurno mengatakan, uji terbang pesawat menunjukkan hasil di luar ekspektasinya. “Lebih bagus dari analisa kami. Misalya power force untuk narik pedal ruder dan elevator itu jauh lebih kecil. Misalnya pesayaratan forcenya 75 pond, ini lebih kecil. Take off dan landing cuma butuh jarak pendek sekali. Kurang dari 500 meter. Tadi kita memenuhi target itu,” kata dia, Kamis, 16 Agustus 2017.
Budi mengatakan, performance pesawat N219 di udara juga sesuai target. “Stabil. Gak ada sama sekali goyang. Take-off, landing semua smooth. Kita nanti hanya mungkin ke depan hanya perlu perbaikan terutama di flight control. Tidak perlu lagi perubahan disain. Kita bisa langsung melanjutkan mengurus serfifikasi untuk terbang,” kata dia.
AHMAD FIKRI