TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah investor asing yang berminat menggarap proyek pengolahan batu bara menjadi gas atau gasifikasi masih menunggu jaminan ketersediaan pasokan batu bara yang berkelanjutan.
“Mereka minta jaminan pasokan batu bara yang berkelanjutan dari perusahaan-perusahaan tambang batu bara. Dan yang penting, mereka ingin harga batu bara untuk gasifikasi bisa ditekan menjadi USD 20 per ton,” ujar Direktur Jenderal Industri Kimia Tekstil dan Aneka Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono, pekan lalu.
Pabrik gasifikasi dapat menekan harga batu bara dengan menempatkan lokasi fasilitas produksi di dekat mulut tambang. Dengan demikian, ongkos angkut batu bara ke pabrik gasifikasi dapat ditekan serendah mungkin.
Lokasi yang paling ideal untuk dijadikan sebagai pusat gasifikasi adalah Sumatra Selatan dan Kalimantan Timur, mengingat dua lokasi itu merupakan lokasi pertambangan batu bara terbesar di Indonesia. Terlebih, kedua lokasi itu juga sudah memiliki basis industri petrokimia.
Baca: Adaro Optimistis dengan Industri Batu Bara Tahun Ini
Pemerintah memang belum memperoleh investor yang berkomitmen menanamkan modal pada pengembangan gasifikasi batu bara. Sebelumnya, ada dua pabrikan asing yang menyatakan minat untuk menggarap gasifikasi di Indonesia, yakni perusahaan asal Jerman, Zemag Clean Energy Technology GmbH dan perusahaan asal Cina, Sedin Engineering Co. Ltd. “Mereka yang punya teknologi di bidang gasifikasi,” ujar Sigit.
Menurutnya, proyek gasifikasi berpeluang mendatangkan realisasi investasi yang tidak sedikit. “Minimal US$ 1,2 miliar, itu yang bisa didatangkan. Pada dasarnya pemerintah mengundang siapa saja yang mau serius berinvestasi pada bisnis gasifikasi batu bara.” Sigit menambahkan.
Sedin Engineering Co. Ltd. masih mencari mitra lokal untuk membangun pabrik gasifikasi batu bara di Indonesia. Perusahaan asal Cina itu berencana untuk membangun pabrik gasifikasi pada 2019.