TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah pada Jumat pagi ini, 11 Agustus 2017, turun 35 poin menjadi Rp 13.368 per dolar Amerika Serikat (AS).
Analis Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, mengatakan bahwa nilai tukar rupiah kembali mengalami pelemahan terhadap dolar AS seiring masih tingginya permintaan mata uang safe haven seperti dolar AS.
"Spekulan cenderung masuk ke dalam mata uang dolar AS di tengah meningkatnya ketegangan di semenanjung Korea. Akibatnya, rupiah kehilangan momentum untuk menguat," kata Reza.
Kendati demikian, menurut Reza, peluang bagi rupiah untuk menguat kembali masih cukup terbuka menyusul adanya rencana pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan XVI terkait kemudahan investasi dan optimisme mengenai pencapaian pertumbuhan ekonomi 5,2 persen tahun ini.
Baca: Pasar Optimistis, Rupiah Hanya Melemah 1 Poin
Ekonom Samuel Sekuritas, Rangga Cipta, mengatakan walaupun dolar AS cenderung menguat terhadap mata uang di kawasan Asia, namun sentimen positif di pasar surat utang negara (SUN) domestik yang relatif masih terjaga dapat menahan tekanan lebih dalam pada rupiah.
"Sentimen di pasar SUN cukup positif seiring dengan harapan pelonggaran moneter, sehingga menjaga pasokan dolar AS di dalam negeri tetap solid dan mencegah pelemahan rupiah lebih dalam," kata Rangga.
Di sisi lain, Rangga mengatakan, Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang semakin fokus terhadap masalah geopolitik di Semenanjung Korea bisa menekan ekspektasi pengetatan moneter lanjutan oleh bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) ke depan. Situasi itu dapat menekan dolar AS terhadap mata uang dunia.
ANTARA