TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah RI dan Australia kembali melanjutkan perundingan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) pada 31 Juli-4 Agustus 2017 di Canberra, Australia. Pada perundingan putaran ke-8 ini, delegasi Indonesia dipimpin oleh Ketua Tim Perunding IA-CEPA Deddy Saleh dan delegasi Australia dipimpin oleh Trudy Witbreuk.
“Indonesia dan Australia berkomitmen menyelesaikan negosiasi tahun ini. Pada pertemuan antara Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Turnbull dalam G20 Summit di Hamburg awal Juli lalu, keduanya menegaskan kembali agar negosiasi IA-CEPA dapat diselesaikan di akhir 2017 sehingga perjanjian dapat segera diberlakukan," ujar Deddy dalam keterangan resminya, Kamis, 3 Agustus 2017.
Saat ini, Deddy berujar, tim perunding IA-CEPA dari kedua negara bertemu cara lebih intensif. Sebelumnya, tim perunding bertemu secara resmi setiap empat bulan sekali. Saat ini, tim perunding bertemu secara resmi setiap dua bulan sekali. "Ditambah dengan pertemuan intersesi sesuai kebutuhan, baik langsung maupun korespondensi,” kata Deddy.
Isu-isu utama IA-CEPA yang dibahas di Canberra adalah perdagangan barang, termasuk ketentuan asal barang, prosedur kepabeanan, fasilitasi perdagangan, hambatan teknis perdagangan, serta sanitasi; perdagangan jasa, termasuk jasa keuangan, pergerakan perseorangan, jasa keuangan, serta telekomunikasi; investasi; perdagangan elektronik; dan ketentuan kerangka kelembagaan.
“Indonesia dapat memanfaatkan IA-CEPA dengan maksimal dan menjadikan ekonomi lebih berdaya saing. Programnya tengah dibahas dalam bentuk perjanjian. Di dalamnya termasuk program peningkatan kerja sama di bidang vokasi, edukasi, dan training guna meningkatkan keahlian para pekerja Indonesia agar siap mengisi lapangan kerja dengan lebih produktif," kata Deddy.
Dalam rangkaian perundingan IA-CEPA di Canberra, digelar pula business luncheon yang dihadiri oleh para anggota Indonesia-Australia Business Partnership Group (IA-BPG). Pertemuan tersebut dimaksudkan untuk memberikan perkembangan terkini IA-CEPA kepada para anggota dan meminta masukan dari para pelaku bisnis kedua negara.
“Kedua negara memiliki komitmen kuat untuk segera menyelesaikan perundingan dengan tetap menjaga kualitas hasil perundingan berdasarkan prinsip saling menguntungkan. Keseimbangan inilah yang sedang dicari kedua delegasi sehingga masing-masing pihak akan merasa memiliki perjanjian ini nantinya,” tutur Deddy.
ANGELINA ANJAR SAWITRI