TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berkomitmen untuk mendukung Polri dan Badan Narkotika Nasional (BNN) memberantas peredaran dan penyelundupan narkoba. Salah satunya dengan memberikan dukungan dari sisi anggaran.
"Kami selalu prioritaskan anggaran BNN dan Polri, baik itu untuk fasilitas gedung, alat telekomunikasi, maupun dana operasional," ujarnya, dalam konferensi pers, di Mabes Polri, Trunojoyo, Jakarta, Selasa, 1 Agustus 2017.
Baca: Bahas Penyederhanaan Izin Impor, Sri Mulyani Undang Pengusaha
Sri Mulyani mengatakan pihaknya terbuka dan mendukung pemberian insentif jika dibutuhkan. "Apabila melihat modus dan frekuensi yang begitu besar, maka mungkin ada perubahan kita lihat dan kita akan coba tingkatkan anggaran mereka," ucapnya.
Sri Mulyani melanjutkan kerja sama dengan negara-negara lain di tingkat ASEAN juga dilakukan oleh Kementerian Keuangan, melalui kerja sama antar otoritas bea cukai. "Network tidak bisa dilakukan satu negara atau satu instansi saja, harus ada koordinasi dan kerja sama."
Sri Mulyani pun menyiapkan sanksi dan tindakan tegas untuk pegawai Direktorat Jenderal Bea Cukai yang terbukti terlibat meloloskan penyelundupan narkoba. "Kami akan memberikan tindakan kepada anggota yang terlibat, tindak tegas, kami minta masyarakat dan bea cukai melakukan pengawasan kepada anggota kita," ucapnya.
Simak: Sri Mulyani: Pemerintah Masih Nyicil Utang Warisan Krisis
Dia pun mengapresiasi keberhasilan Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) dan Direktorat Tindak Pidana Narkoba Badan Reserse Kriminal Polri yang baru-baru ini menggagalkan penyelundupan narkotika jenis ekstasi dari Belanda sebanyak 1,2 juta butir.
Sri Mulyani mengatakan kerja sama antara DJBC, Polri, dan BNN terbukti mampu membuahkan hasil penangkapan sindikat narkoba beberapa waktu terakhir. "Dari 1,2 juta ekstasi memiliki nilai Rp 600 miliar, ada 2,5 juta manusia terselamatkan," katanya. Dia pun gembira kerja sama tersebut berhasil menggagalkan jaringan internasional masuk ke Indonesia.
Menurut Sri Mulyani, Indonesia dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi yaitu di atas 5 persen hingga pertumbuhan jumlah penduduk terbesar di dunia, menjadi sasaran empuk sindikat narkoba. "Target ini merupakan pasar menggiurkan, sehingga perlu suatu keharusan menjaga Indonesia," ucapnya.
GHOIDA RAHMAH
Baca Juga: