TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan kelangkaan garam menyumbang sedikit inflasi bahan makanan pada Juli 2017. Kontribusinya terhadap inflasi sangat kecil dibanding komoditas lain, seperti ikan segar, telur ayam ras, tomat sayur, dan bawang merah.
"Harganya memang naik kemarin, tapi bobotnya kecil sekali. Nol koma nol nol. Jadi tidak kelihatan dalam andil inflasi," kata Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Selasa, 1 Agustus 2017.
Bobot garam di bawah 0,01 persen sehingga fluktuasi harganya tidak berpengaruh langsung terhadap inflasi. Subkelompok pangan yang menyumbang inflasi besar adalah buah-buahan sebesar 0,01 persen, ikan segar 0,04 persen, dan telur ayam ras 0,02 persen. Suhariyanto yakin harga garam akan kembali normal bulan depan setelah pemerintah membuka keran impor garam konsumsi.
Baca: BI Targetkan Inflasi 2017 Tak Lebih dari 4 Persen
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti menyayangkan impor garam konsumsi yang dilakukan pemerintah. Produksi garam terus menurun akibat gagal panen. "Tapi sebetulnya terlalu juga ya. Indonesia yang namanya kepulauan, kok garam sampai impor. Yang harus digenjot itu pertama teknologi," katanya.
Pemerintah membuka impor 75 ribu ton garam melalui PT Garam yang akan didatangkan pada pekan depan. Impor ini ditujukan untuk konsumsi rumah tangga. Sedangkan industri kecil dan menengah yang boleh menerima garam impor ini hanya industri yang memiliki kapasitas produksi di bawah 5 ton.
PUTRI ADITYOWATI