TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Prasetyo Boeditjahjono, mengatakan pemerintah segera membebaskan lahan untuk pembangunan depo Light Rail Transit (LRT) Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi. Lahan untuk depo diketahui berada di Bekasi Timur.
"Ini pembahasan artinya sudah mulai dieksekusi," kata Prasetyo saat ditemui di kantor Kementerian Koordinator Kemaritiman, Jakarta Pusat, Jumat, 7 Juli 2017.
Simak: Nilai Proyek LRT Jabodebek Dikoreksi Rp 1,6 Triliun
Prasetyo menuturkan langkah ini sudah diusulkan ke Lembaga Manajemen Aset Negara, di mana lembaga ini yang akan menalangi pembebasan lahan LRT ini. "Biaya tetap dari negara lewat LMAN, total semua Rp 1,6 triliun."
Prasetyo mengungkapkan secepat mungkin pembebasan tanah dilakukan, dan mengenai dana diserahkan ke LMAN yang dimasukkan ke dalam APBN Perubahan dan mulai diproses mulai 2017.
Lahan yang akan dibebaskan di Bekasi Timur sebesar 10 hektar, di mana 5 hektar di antaranya merupakan tanah yang dimiliki oleh Adhi Karya. Selain itu juga ada lahan di Cibubur sebesar 4.500 meter persegi yang dimiliki oleh Kwarnas Pramuka. Lahan itu akan dibebaskan dan dijadikan stasiun LRT.
Menurut Prasetyo pembangunan depo diperkirakan akan memiliki luas sebesar 5 hektar. Ia menambahkan sampai saat ini tidak ada kendala dalam pembebasan lahan.
Direktur Operasi III PT Adhi Karya, Pundjung Setya Brata, mengatakan diharapkan lahan di Cibubur milik Kwarnas Pramuka bisa mulai dibebaskan tanggal 14 Juli ini. Meski begitu selain di Cibubur dan Bekasi Timur ada sejumlah lokasi lain yang juga harus dibebaskan.
Untuk depo, kata Pundjung, pengerjaannya paling memakan waktu paling lama, sebabnya lahan tersebut harus segera dibebaskan. Sedangkan untuk skema finansial, menurut Pundjung tak dibahas dalam rapat bersama Luhut dan Dirjen Perkeretaapian hari ini.
Pundjung mengungkapkan progres pembangunan LRT Jabodebek saat ini adalah sekitar 30 persen untuk seksi Cawang-Cibubur dan 17 persen untuk Cawang-Bekasi Timur. "Bulan depan akan mulai masuk Kuningan (pembangunan), hati-hati Kuningan mulai macet."
DIKO OKTARA