TEMPO.CO, Jakarta -Harga minyak mentah dunia mengalami sedikit kenaikan pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), ditopang oleh penurunan persediaan minyak mentah dan bensin Amerika Serikat (AS) yang lebih besar dari perkiraan.
Baca: Harga Minyak Tertekan Kenaikan Persediaan Bensin AS
Pada perdagangan Kamis, harga minyak WTI kontrak Agustus 2017 berakhir naik 0,86 persen atau 0,39 poin ke USD 45,52 per barel, setelah dibuka dengan kenaikan tajam 1,15 persen di posisi 45,65.
Harga minyak WTI pagi ini terpantau lanjut merosot 1,10 persen ke USD 45,02 per barel pada pukul 07.00 WIB, sedangkan harga minyak Brent melemah 1,02 persen atau 0,49 poin ke USD 47,62 per barel.
Adapun patokan Eropa minyak Brent untuk kontrak September 2017 ditutup naik 0,67 persen atau 0,32 poin ke USD 48,11, setelah dibuka dengan penguatan 1,03 persen atau 0,49 poin di posisi 48,28.
Badan energi AS, Energy Information Administration (EIA), melaporkan jumlah stok minyak mentah AS turun sebesar 6,3 juta barel, akibat aktivitas penyulingan yang lebih kuat dan pengurangan impor.
Angka itu lebih besar dari perkiraan para analis untuk penurunan sekitar 2,3 juta barel. Dengan demikian, total jumlah persediaan minyak mentah menjadi 502,9 juta barel, level terendah sejak Januari.
Sementara itu, jumlah stok bensin AS turun 3,7 juta barel dalam pekan terakhir. Angka itu jauh melebihi perkiraan untuk penurunan hanya sebesar 1,1 juta barel. Namun, jumlah persediaan bensin tetap mencapai sekitar 6 persen di atas jumlah rata-rata musiman.
Setelah sempat mencatat penguatan selama beberapa sesi perdagangan, harga minyak tidak berhasil mempertahankan relinya seiring kekhawatiran para investor yang tumbuh akan berlanjutnya kelebihan minyak mentah global.
“Ada banyak bearishness di luar sana saat ini. Pasar masih percaya persediaan tidak akan seimbang secara global,” kata Phil Flynn, seorang analis di Price Futures Group, seperti dikutip dari Reuters Jumat, 7 Juli 2017.
Baca: Ketegangan di Teluk Arab Membuat Harga Minyak ...
Para investor meyakini bahwa organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) perlu melakukan langkah pengurangan produksi lebih lanjut demi mengimbangi produksi minyak shale di AS.
BISNIS.COM