TEMPO.CO, Jakarta -Bursa Efek Indonesia membidik sekitar 52 perusahaan asing untuk dapat mencatatkan diri sebagai emiten di dalam negeri.
Baca: Ada 4 Emiten Baru, Kapitalisasi Pasar BEI Naik Jadi ...
"Dari data saya ada 52 perusahaan yang pendapatan atau asetnya di Indonesia tapi kok listed-nya di luar negeri," ujar Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio nya, di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa, 4 Juli 2017.
Perusahaan tersebut di antaranya berasal dari sektor pertambangan, properti, kelapa sawit, dan perkebunan. Menurut Tito, sudah menjadi kewajiban bagi perusahaan yang pendapatan terbesarnya berasal dari Indonesia maka mereka harus ikut listing di BEI. "Misalnya Freeport, pendapatan terbesar salah satunya dari Indonesia, pantas dong Freeport Indonesia listed di sini, ada 52 perusahaan kayak gitu."
Tito mengatakan mengatakan beberapa dari perusahaan itu memang sudah tercatat di bursa negara lain, seperti Singapura, Malaysia, Cina, dan Australia. "Kita mau imbau dan mau datengin mereka untuk listed ke Indonesia," ucapnya.
Tito menuturkan dia sudah menemui beberapa dari perusahaan tersebut untuk menyampaikan imbauan itu. "Prinsipnya mereka setuju, seperti Newmont sudah berbicara katanya mau listing."
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Nurhaida berujar untuk mengakomodasi perusahaan asing yang ingin listing tersebut akan dilakukan sejumlah kemudahan. Hal itu sejalan dengan imbauan yang disampaikan Presiden Joko Widodo ketika mengunjungi BEI hari ini. "Kami akan melakukan pendekatan agar mereka mau listing di bursa kita," katanya.
Nurhaida menambahkan pihaknya akan meninjau kembali apakah ada peraturan yang membuat perusahaan asing saat ini merasa kesulitan untuk listing di Indonesia. "Kami akan buat perbaikan dan kemudahan, tapi tetap jaga jangan sampai membuat investor menjadi tidak mendapatkan haknya," ucapnya.
Nurhaida mencontohkan kemudahan yang dimaksud seperti penyederhanaan proses untuk listing di BEI dan OJK. Dia berharap dengan itu akan semakin banyak perusahaan yang melantai di bursa. "Tapi saya katakan nggak mungkin juga satu semester ke depan ini semuanya akan listing." .
Nurhaida menambahkan contoh di perusahaan tambang, terdapat isu utama bahwa di awal tahap eksplorasi dibutuhkan biaya, namun di satu sisi mereka tak memiliki penghasilan. "Kita kan sebenarnya punya papan pengembangan, itu bisa, sehingga nggak harus ada keuntungan dulu, itu nanti akan kita lihat lagi."
Menurut Nurhaida, dengan semakin banyaknya emiten akan meningkatkan likuiditas pasar modal Indonesia. "Pasar modal kita akan punya lebih banyak pilihan, dan dari asing, investor lokal akan tertarik bergulir," katanya.
Nurhaida mengatakan OJK dan BEI telah berusaha melakukan pendekatan ke sejumlah perusahaan yang potensial tersebut. Dia berharap dengan adanya suara imbauan langsung dari Presiden Jokowi akan membuat upaya tersebut lebih intensif lagi.
Baca: Jabat Ketua OJK, Ini Permintaan Emiten Bursa ke ...
"Saya belum bisa bilang siapa yang sudah menyatakan minat, tapi yang tambang belum yah, mudah-mudahan ke depan banyak yang listing," ujarnya.
GHOIDA RAHMAH