TEMPO.CO, Jakarta -Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin pagi, bergerak ke posisi Rp 13.284, menguat dibandingkan sebelumnya Rp 13.299 per dolar Amerika Serikat (AS).
Baca: Indeks Dolar Fluktuatif, Rupiah Ditutup Menguat 14 Poin
"Dolar AS melemah terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah seiring dengan data ekonomi Amerika Serikat yang kurang baik," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta.
Ia mengatakan bahwa data ekonomi Amerika Serikat yang tidak sesuai dengan estimasi pasar membuat potensi kenaikan suku bunga AS selanjutnya menjadi rendah sehingga aset negara berkembang kembali diminati. "Saat ini peluang kenaikan suku bunga acuan AS berikutnya sudah terkoreksi," kata Rangga.
Rangga menambahkan, optimisme pasar keuangan di kawasan Eropa menyusul disetujuinya dana talangan lanjutan untuk Yunani turut berhasil mendorong penguatan mata uang euro terhadap dolar AS dan berdampak pada mata uang di kawasan Asia.
Dari dalam negeri, lanjut Rangga, inflasi Lebaran yang menurut Bank Indonesia relatif lunak dan dibarengi oleh kembali lemahnya dolar AS di pasar global, bisa menghadirkan kembali penguatan rupiah ke depannya.
Baca: Indeks Saham Menguat di Awal Perdagangan
Sementara itu, Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengemukakan, data perumahan dari Amerika Serikat yang mengecewakan memberikan tekanan bagi dolar AS, diikuti dengan penurunan tingkat kepercayaan konsumen AS yang menunjukkan penurunan menjadi 94,5 di bulan ini, dari sebelumnya 97,1. "Beberapa data-data AS yang dirilis mengecewakan itu menahan laju dolar AS," katanya.
ANTARA