TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Bidang Statistik Sosial Badan Pusat Statistik (BPS) M. Sairi Hasbullah menyatakan konflik antara Qatar dan sejumlah negara Arab tidak begitu mempengaruhi perekonomian Indonesia.
Baca: Krisis Qatar, Kemenhub Pesan Ini Kepada Jamaah ..
"Volume perdagangan Indonesia dengan Qatar relatif kecil bila dibandingkan dengan total perdagangan Indonesia dan nilai perdagangan dengan negara lain," ujarnya di Kantor Pusat BPS, Jakarta Pusat, Kamis, 15 Juni 2017.
Sairi berujar, secara perekonomian, Qatar masih tangguh dan dapat mengatasi permasalahan boikot dari negara tetangganya itu dengan melakukan substitusi perdagangan dengan negara lain. "Paling hanya shock sesaat," katanya.
Apalagi, kata Sairi, jumlah penduduk Qatar tidak begitu banyak, yakni sekitar 2,5 juta jiwa, sehingga alternatif dalam memenuhi kebutuhan rakyat selain dari negara Arab masih terbuka.
Menurut Sairi, Qatar, yang penghasilan dominannya berasal dari sektor pariwisata, kemungkinan tidak bakal begitu tergoncang dengan adanya boikot karena nilai investasi dari negara tetangganya tidak begitu dominan. "Kecuali terjadi perang di blok sana. Kalo sebatas seperti sekarang, belum berarti pengaruhnya," ucapnya.
Arab Saudi dan tujuh negara lain memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar.
Pemutusan hubungan diplomatik terhadap Qatar itu bermula dari unggahan kantor berita Qatar yang memuat komentar dari Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani, sekitar dua pekan lalu.
Emir Qatar itu mengkritik kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap Iran. Dia juga menyanjung negara Syiah tersebut sebagai kekuatan Islam.
Baca: Lisensi Qatar Airways, Kemenhub: Tak Dicabut, Hanya ...
Qatar mengklaim berita kontroversial itu muncul karena kantor beritanya telah diretas dan meminta semua pihak untuk tenang.
CAESAR AKBAR | SETIAWAN ADIWIJAYA