TEMPO.CO, Semarang - Kantor perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah memprediksi inflasi bulan Juni ini banyak dipengaruhi oleh tarif listrik. Sedangkan komoditas pangan dinilai kurang berpengaruh meski bertepatan moemntum Ramadhan dan lebaran.
“Kalau melihat pasokan dan hasil sidak harga (kebutuhan pangan) stabil tak terlalu pengaruh,” kata Direktur Kantor perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah, Rahmat Dwi Saputra, Selasa 13 Juni 2017.
Simak: Inflasi 2017 Diperkirakan Capai 4,36 Persen
Ia memperkirakan tarif listrik yang naik pada Januari, Maret dan Mei, sangat mempengaruhi inflasi. Selain kebutuhan itu tarif angkutan antar kota juga ikut menyumbang angka pengeluaran penduduk Jateng. “Listrik paling berpengaruh, kemungkinan tarif listrik dan angkutan antar kota setiap tahun musim mudik lebaran,” kata Rahmat menjelaskan.
Rahmat memperkirakan inflasi di Jateng pada Juni 2017 tak jauh beda dengan Mei yang sebanyak 0,58 persen. Secara angka ia memprediksi inflasi di Jateng antara 0,7 hingga 1 persen.
Tercatat selain kebutuhan rumah tangga, saat ini kenaikan terjadi pada komoditas bawang putih yang masuk kategori kebutuhan dapur. Meski begitu, Rahmat menyebutikan masyrakat dapat memilih dua pilihan bawang putih yang harga berbeda.
“Untuk menghemat milih jenis Sincung, karena jenis bawang putih yang Kating lebih mahal,” katanya.
Simak: Darmin Nasution: Suku Bunga Kredit Murah Bila Inflasi Rendah
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengakui dari sejumlah komoditas kebutuhan dapur hanya bawang putih yang naik hingga Rp 60 ribu per kilo gram. Dengan begitu ia minta agar bulog menurunkan ke pasar dengan harga lebih murah. “Bulog masih punya bawang putih saya minta dikeluarkan caranya dijual, kalau minta OP kita OP (operasi pasar),” kata Ganjar.
Ganjar mengaku mengawasi semua kebutuhan pokok tak hanya dari dari suplai dan harga, namun juga keamanan pangan untuk mengendalikan inflasi. Selain bawang dan cabe serta kebutuhan dapur lain, Ganjar melihat harga daging di Jateng cenderung turun. Hal itu ia temukan di Kabupaten Sragen yang harganya di bawah Rp 100 per kilo gram.
“Mungkin masyarakat belum begitu membutuhkan daging,” katanya.
EDI FAISOL