TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat ekonomi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Hermanto Siregar mendorong pemerintah agar terus mengawasi ketersediaan pangan sekaligus menggelar sidak pasar untuk tetap menjaga kestabilan harga. Selama bulan puasa, pemerintah dinilai berhasil menekan gejolak harga kebutuhan pokok masyarakat dibandingkan dengan tahun lalu.
Baca: Mei 2017, Bahan Makanan Penyumbang Inflasi Tertinggi
Baca Juga:
Pada Ramadan 2017, harga-harga kebutuhan pokok jauh lebih baik dibandingkan tahun lalu karena belum ada gejolak yang berarti. Berdasarkan data Sistem Pemantauan Pasar Kebutuhan Pokok (SP2KP) Kementerian Perdagangan, harga-harga beberapa komoditas strategis nasional sebagian telah mengalami penurunan.
Harga cabai misalnya turun dari Rp 26.841 per kilogram pada Senin, 5 Juni 2017, menjadi Rp 26.254 per kilogram pada hari ini, Selasa, 5 Juni 2017. Sementara itu, harga daging ayam juga turun dari Rp 30.823 per kilogram menjadi Rp 30.650 per kilogram.
Adapun harga minyak goreng turun dari sebelumnya Rp 11.515 per kilogram pada Senin, 5 Juni 2017 menjadi Rp 11.473 per kilogram pada Selasa, 6 Juni 2017.
Hermanto mendorong agar pemerintah terus konsisten dalam menstabilkan harga kebutuhan pokok seiring Ramadan menyisakan beberapa hari lagi. Selain itu, Idulfitri juga diharapkan bisa ditekan agar gejolak harga tidak terjadi.
"Yang harus diwaspadai adalah beberapa hari lagi menuju Idulfitri. Dan kenapa pasar-pasar rujukan harus terus diwaspadai seperti pasar Cipinang, Kramat Jati dan lain-lain, karena kalau di pasar itu harga pada naik, didaerah juga akan naik," ujar Hermanto.
Selain itu, pemerintah juga diharapkan bisa berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk menggelar operasi pasar agar harga-harga tetap stabil. Sebab, gejolak harga tidak hanya terjadi di pusat-pusat kota saja, melainkan kerap terjadi di daerah.
Pelaksana Tugas Gubernur DKI Djarot Saiful Hidayat telah meresmikan pengoperasian mesin controlled atmosphere storage (CAS) di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur untuk menjaga bahan pangan terutama hortikultura tetap awet.
Mesin CAS tersebut dinilai cocok dioperasikan di Jakarta untuk menjaga pasokan bahan pangan yang selama ini kerap dimainkan oleh para mafia pangan yang meresahkan masyarakat terutama menjelang Ramadan dan Idulfitri.
"Harga-harga bahan pokok sering tak terkendali karena ulah permainan para tengkulak, para mafia pangan, para bandit-bandit ekonomi yang merugikan konsumen dan petani," ujarnya.
Menurut Djarot, hadirnya mesin CAS tersebut akan mampu menekan kekurangan pasokan, harga bahkan bisa menjaga inflasi di Jakarta tetap stabil. Inflasi di DKI, lanjutnya menyumbang cukup besar sekitar 26 persen terhadap inflasi nasional.
Baca: Djarot: Jangan Gembira Terima Bahan Impor dengan Harga Murah
Dengan demikian, ujar Djarot, jika harga dan pasokan bahan pokok di Jakarta bisa terkendali, secara otomatis akan berdampak positif terhadap inflasi bulanan maupun tahunan.