TEMPO.CO, Banjarmasin- Perum Bulog Divisi Regional Kalimantan Selatan belum maksimal membuat stabil harga jual bawang putih di pasar tradisional. Kepala Divre Bulog Kalimantan Selatan, Deddy Supriadi, mengatakan harga bawang putih masih terpantau mahal walaupun ada penurunan harga di sejumlah pasar tradisional.
“Hari ini bawang putih harganya Rp 41-42 ribu per kilogram di beberapa pasar di Banjarmasin. Memang sudah turun, tapi harganya masih mahal,” ujar Deddy Supriadi kepada wartawan, Selasa 6 Juni 2017.
Baca: Menteri Perdagangan: Harga Bawang Putih Belum Bagus
Padahal, kata Deddy, Bulog Kalsel sudah menggelontorkan 4,7 ton bawang putih lewat operasi pasar dan jaringan Rumah Pangan Kita (RPK). Bulog Kalsel menerima kiriman 5 ton bawang putih dengan harga jual Rp 37 ribu per kilogram.
Di Kota Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Deddy mencatat harga bawang putih justru senilai Rp 48 ribu per kilogram. Adapun di Kabupaten Kotabaru, harga bawang putih mencapai Rp 46.500 per kilogram. Deddy mengakui harga bawang putih milik Bulog sejatinya lebih mahal ketimbang distributor bawang. Alhasil, pedagang kerap membeli bawang putih lewat distributor.
Simak: Harga Bawang Putih di Pasar Modern Melonjak
Dia heran mengapa pedagang masih menjual bawang putih melebihi harga maksimal yang ditentukan Kementerian Perdagangan sebesar Rp 38 ribu per kilogram. Itu sebabnya, Deddy meminta Dinas Perdagangan Kalimantan Selatan ikut mencari solusi atas masalah itu.
“Pedagang beli ke distributor Rp 35 ribu per kilogram, tapi dijual Rp 41 ribu per kilogram, ambil untungnya terlalu banyak,” kata Deddy. Untuk menekan harga, ia terus menggencarkan operasi pasar dan siap memberikan subsidi ongkos angkut ke pedagang bawang di Banjarmasin.
Seorang distributor besar bawang putih di Kota Banjarmasin, H. Maman, mengatakan harga jual bawang putih panen lama senilai Rp 32.500 per kilogram dan panen baru seharga Rp 27 ribu per kilogram. Maman mendapat kiriman bawang putih impor asal Cina sebanyak 180 ton setiap bulan. Menurut dia, mahalnya harga bawang putih di pasar karena pedagang menanggung ongkos angkut dan ongkos buruh.
“Saya enggak mau beli ke Bulog, harganya kan mahal dibandingkan saya. Saya jualnya sesuai permintaan dan stok saja, kebetulan sekarang stok masih banyak karena banyak warung tutup,” ujar pemilik UD Sari Bumi itu.
DIANANTA P. SUMEDI