TEMPO.CO, Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani memprediksi pemerintah akan mendapatkan pemasukan lebih untuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2017. Adapun nilainya bisa mencapai Rp 15 triliun yang dipicu oleh perubahan harga minyak dunia.
”Ada perubahan cukup besar yang mengubah sisi pendapatan negara yaitu revisi harga minyak. Rata-ratanya saat ini adalah US$ 50 per barel dari asumsi APBN, yaitu US$ 45 per barel,” ujar Sri Mulyani saat dicegat di Istana Kepresidenan, Selasa, 30 Mei 2017.
Baca: Sri Mulyani Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Capai 5,3 Persen
Sri Mulyani melanjutkan bahwa pendapatan Rp 15 triliun tersebut tidak murni dari perubahan harga minyak dunia saja. Ia mengatakan angka tersebut juga dipengaruhi oleh kekurangan pendapatan perpajakan yang tak sesuai dengan asumsi rancangan APBN 2017.
Karena penerimaan pajak ada kemungkinan tidak akan sesuai dengan harapan, Sri Mulyani mengatakan sebagian porsi hasil perubahan minyak dunia jadi menutupi penurunan penerimaan pajak tersebut. Dari situ, kata dia, didapatlah angka Rp 15 triliun.
Baca: Utang Naik Rp 17 Triliun, Menko Darmin: Masih Aman
”Pemerintah memprediksi penerimaan pajak ini akan turun 3 persen (dari asumsi pertumbuhan) menjadi 13 persen,” ujarnya melengkapi.
Terakhir, Sri Mulyani menyampaikan bahwa dirinya masih akan mengupayakan agar angka pendapatan bisa naik dari Rp 15 triliun. Ia berkata, sudah ada arahan dari Presiden Joko Widodo agar kementerian/lembaga menyisir kembali belanja-belanja barang yang bisa dipangkas seperti perjalanan dinas.
”Kami memperkirakan ada sekitar Rp 16 triliun yang bisa disisir dari belanja barang ini untuk kemudian dialokasikan bersama-sama kenaikan yang Rp 15 triliun tadi,” kata Sri Mulyani. Jika tidak ada halangan, hitung-hitungan baru untuk APBN-P 2017 akan disampaikan ke Dewan Perwakilan Rakyat pada Juni nanti.
ISTMAN M.P.