TEMPO.CO, Jakarta - Rencana untuk membuka kerja sama perdagangan antara Indonesia dan Israel disambut baik sejumlah kalangan pengusaha. Seperti diketahui, kerja sama perdagangan kedua negara belum dapat terjalin baik, karena Indonesia dan Israel hingga kini belum memiliki hubungan diplomatis secara resmi.
Baca: Dubes: Rakyat Indonesia Kini Lebih Memahami Isu Palestina
"Kita bisa pisahkan urusan politik dan ekonomi, jangan dikaitkan. Kalau soal ekonomi, kenapa enggak dijajaki," ujar Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) bidang Hubungan Internasional dan Investasi, Shinta Widjaja Kamdani, saat dihubungi Tempo, Minggu, 28 Mei 2017.
Baca: Berikut Daftar Negara Sahabat dan Musuh AS di Era Trump
Shinta mencontohkan kerja sama perekonomian dan perdagangan Indonesia dengan Taiwan yang tetap berjalan meskipun tak memiliki hubungan politik. Menurut dia, jika ditilik dari segi bisnis serta hubungan ekonomi Indonesia dan Israel, terdapat potensi yang cukup besar. "Jadi selama ada keuntungan untuk kedua belah pihak, kenapa enggak," katanya.
Shinta berujar selama ini hubungan perdagangan yang dilakukan antara pengusaha Indonesia dan Israel selalu menggunakan negara pihak ketiga atau tidak dilakukan secara langsung. "Misalnya melalui Singapura atau Amerika Serikat, banyak yang di baliknya itu sebenarnya milik Israel," ucapnya.
Kondisi ini, kata Shinta, menyebabkan sulitnya memprediksi atau mengukur nilai perdagangan Indonesia dan Israel selama ini. "Angkanya enggak ada yang bisa real, susah karena pakai pihak ketiga tadi."
Shinta menambahkan, meskipun saat ini belum ada hubungan diplomatis, tidak tertutup kemungkinan jika ingin membentuk kantor perwakilan dagang. "Mungkin bisa kalau chamber to chamber atau kantor dagang," ujarnya.
Terkait dengan potensi produk perdagangan yang bisa digali dari Israel, Shinta mengatakan, di antaranya pertanian, teknologi informasi (IT), dan perangkat lunak. "Mereka kan terkenal dengan teknologinya yang bagus, tapi kita enggak bisa terbuka kerja samanya selama ini, enggak optimal," katanya.
Sementara itu, produk yang dapat ditawarkan oleh Indonesia, menurut Shinta, meliputi produk makanan dan minuman, tekstil, sepatu, juga kelapa sawit. "Kami selama ini belum menjajaki lebih lanjut, tapi itu menjadi salah satu ujung tombak kita ke luar dan ada potensi untuk dibawa ke sana," tuturnya.
GHOIDA RAHMAH